This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Pages

Minggu, 30 Desember 2012

CARA MUDAH MENGHAFAL AL-QUR’AN DAN MENJAGANYA

Berikut adalah metode untuk menghafal Al-Quran yang memiliki keistimewaan berupa kuatnya hafalan dan cepatnya proses penghafalan. Kami akan jelaskan metode ini dengan membawa contoh satu halaman dari surat Al-Jumu’ah: 1. Bacalah ayat pertama sebanyak 20 kali : يُسَبِّحُ لِلَّهِ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ الْمَلِكِ الْقُدُّوسِ الْعَزِيزِ الْحَكِيمِ 2. Bacalah ayat kedua sebanyak 20 kali: هُوَ الَّذِي بَعَثَ فِي الْأُمِّيِّينَ رَسُولًا مِنْهُمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آَيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِنْ كَانُوا مِنْ قَبْلُ لَفِي ضَلَالٍ مُبِينٍ 3. Bacalah ayat ketiga sebanyak 20 kali: وَآَخَرِينَ مِنْهُمْ لَمَّا يَلْحَقُوا بِهِمْ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ 4. Bacalah ayat keempat sebanyak 20 kali: ذَلِكَ فَضْلُ اللَّهِ يُؤْتِيهِ مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيمِ 5. Bacalah keempat ayat ini dari awal sampai akhir sebanyak 20 kali untuk mengikat/menghubungkan keempat ayat tersebut 6. Bacalah ayat kelima sebanyak 20 kali: مَثَلُ الَّذِينَ حُمِّلُوا التَّوْرَاةَ ثُمَّ لَمْ يَحْمِلُوهَا كَمَثَلِ الْحِمَارِ يَحْمِلُ أَسْفَارًا بِئْسَ مَثَلُ الْقَوْمِ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآَيَاتِ اللَّهِ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ 7. Bacalah ayat keenam sebanyak 20 kali: قُلْ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ هَادُوا إِنْ زَعَمْتُمْ أَنَّكُمْ أَوْلِيَاءُ لِلَّهِ مِنْ دُونِ النَّاسِ فَتَمَنَّوُا الْمَوْتَ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ 8. Bacalah ayat ketujuh sebanyak 20 kali: وَلَا يَتَمَنَّوْنَهُ أَبَدًا بِمَا قَدَّمَتْ أَيْدِيهِمْ وَاللَّهُ عَلِيمٌ بِالظَّالِمِينَ 9. Bacalah ayat kedelapan sebanyak 20 kali: قُلْ إِنَّ الْمَوْتَ الَّذِي تَفِرُّونَ مِنْهُ فَإِنَّهُ مُلَاقِيكُمْ ثُمَّ تُرَدُّونَ إِلَى عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ 10. Bacalah ayat kelima sampai ayat kedelepan sebanyak 20 kali untuk mengikat/menghubungkan keempat ayat tersebut 11. Bacalah ayat pertama sampai ayat kedelepan sebanyak 20 kali untuk menguatkan/meng-itqankan hafalan untuk halaman ini Demikianlah ikuti cara ini dalam menghafal setiap halaman Al-Qur’an. Dan janganlah menghafal lebih dari seperdelapan juz dalam setiap hari agar tidak berat bagi anda untuk menjaganya. Cara menjaga Hafalan AL-Qur'an 1. Niat ikhlas menghafal AlQuran semata2 mengharap ridha Allah, kudu ikhlas benar2. “Ya Allah aku niat menghafal AlQuran 30 Juz karena memohon ridhaMu semata. Bismillahirrahmanirrahim.” 2. Al Quran hanya bisa dihafal oleh yang hatinya bersih. Supaya bersih caranya gampang. Sebelum mulai menghafal baca istighfar banyak2, mohon ampun dengan sungguh2 kepada Allah. Tidak ada manusia yang TIDAK BERDOSA, dan Allah sudah sampaikan salah satu cara menghapus dosa adalah istighfar banyak2. Minta Allah ampuni kita dan bersihkan hati kita 3. Alquran itu kita hafal bukan karena kita menghafalnya, tapi Allah yang letakkan kefahaman itu kedalam hati kita, saya ulangi: Allah yang letakkan kefahaman itu dalam hati kita. Jadi kita mohon kepada Allah agar Ia tolong kita mudah hafalkan AlQuran letakkan kefahaman itu dalam hati kita 4. Hafalkan sedikit demi sedikit, karena inilah fitrah cara diturunkannya AlQuranul karim, bukan langsung sekaligus tapi ayat demi ayat sesuai kebutuhan. Maka hafalkan CUKUP 1 ayat sehari. Baca berulang2 minimal 100x dalam sekali baca, misal habis subuh. Lalu tiap ada kesempatan baca lagi dan lagi. Kata beliau dengan cara ini nanti ayat itu akan meluncur seperti air yang mengalir. Jadi kuncinya: niat ikhlas istighfar sungguh minta tolong Allah fahamkan sedikit demi sedikit diulang-ulang istiqamah dan shabar. Keep Hamasah...

Hati Yang Selamat

Hati selamat yang terhindar dari azab Allah SWT adalah hati yang pasrah dan menerima perintah-Nya, yang tidak lagi ada penentangan terhadap perintah dan wahyu-Nya. Tidak ada yang memenuhinya kecuali Allah SWT. Tidak ada yang ia inginkan selain Allah SWT. Ia hanya menunaikan apa yang diperintahkan Allah SWT. Hanya Allahlah yang ia tuju, hanya perintah-Nya yang ia tunaikan, dan hanya aturan-Nya yang menjadi cara serta jalan hidupnya. Tidak ada sedikitpun keraguan yang mejadi penghalang antara ia dan keimanan terhadap wahyu-Nya. Bahkan setiap kali keraguan itu terlintas, ia pun tahu bahwa keraguan itu tidak akan membuatnya tenang. Juga tidak ada hawa nafsu yang mampu merintanginya untuk mencari ridha Allah SWT. Ketika hati sudah demikian keadaannya, maka ia bersih dari kemusyrikan, bid'ah, kesesatan, kebatilan, dan semua hal yang sejalan dengan hal-hal tercela tersebut. Pada hakikatnya, hati yang selamat adalah hati yang berserah diri kepada Tuhannya, yang menyembah-Nya dengan penuh rasa malu, penuh harap dan penuh hasrat. Dengan demikian, ia lebur dalam cinta kepada Allah SWT, dan bersih dari segala sesuatu selain Dia. Ia lebur dalam rasa takut kepada-Nya, dan tidak ada rasa takut kepada yang lain. Ia lebur dalam pengharapan kepada-Nya, dan tidak mengharapkan selain Dia. Ia menerima segala perintah-Nya dan perintah Rasul-Nya dengan penuh keimanan dan ketaatan. Ia berserah diri kepada qadha dan qadar-Nya, sehingga ia tidak berprasangka buruk, menentang dan marah terhadap segala ketetapan-Nya. Ia berserah diri kepada Tuhannya dengan penuh kepatuhan, kerendahan, kehinaan dan kehambaannya. Ia menyerahkan segala perkataan, perbuatan, perasaan dan intuisi, baik lahir maupun batin, kepada tuntunan Rasul-Nya dan menolak segala sesuatu yang tidak sesuai dengan tuntunan itu. Jadi apa yang sejalan dengan tuntunan Rasul saw. dia terima dan apa yang bertentangan ia tolak. Sedangkan sesuatu yang tidak jelas, apakah sejalan atau bertentangan, maka ia akan menunda dan menghindarinya sampai hal itu menjadi jelas. Ia tidak berseberangan dengan para wali dan golongan Allah SWT yang beruntung, yang membela dan menegakkan agama dan sunnah Nabi-Nya. Ia melawan musuh-musuh Allah yang menentang Kitab-Nya dan Sunnah Nabi-Nya. Yaitu, orang-orang yang keluar dari jalan yang lurus dan mengajak orang lain untuk menentang Al-Qur'an dan as-Sunnah.

Hakikat Mengikuti Petunjuk Allah SWT

Mengikuti petunjuk Allah SWT adalah membenarkan pemberitahuan-Nya tanpa menampakkan keraguan yang merusak pembenaran itu, serta melaksanakan perintah-Nya tanpa adanya hawa nafsu yang menjadi penghalang. Kedua hal ini merupakan inti keimanan, yaitu pembenaran berita dan ketaatan terhadap perintah. Kemudian kedua hal tersebut diikuti dua perkara. Yaitu meniadakan keraguan yang menghalangi dan mengotori kesempurnaan pembenaran itu, serta menolak hawa nafsu yang menyesatkan dan menggoda yang menghalangi kesempurnaan pelaksanaan perintah-Nya. Jadi mengikuti petunjuk Allah SWT mengandung empat perkara. 1. Membenarkan pemberitahuan-Nya. 2. Berusaha sekuat tenaga untuk menolak dan melawan segala keraguan yang dibisikkan setan-setan dari jenis jin dan manusia. 3. Menaati perintah-Nya. 4. Melawan hawa nafsu yang menghalangi seorang hamba dalam menyempurnakan ketaatan. Keraguan dan hawa nafsu merupakan pangkal kesengsaraan hamba dan penyebab penderitaan dalam kehidupan dunia dan akhirat. Sebaliknya, pembenaran terhadap wahyu dan ketaatan terhadap perintah-Nya merupakan pangkal kebahagiaan dan keberuntungan di dunia dan akhirat. Seorang hamba memiliki dua kekuatan. Pertama. Kekuatan mengetahui dan menganalisa, serta segala sesuatu yang menjadi konsekuensi dari keduanya, berupa ilmu, pengetahuan dan kemampuan berbicara. Kedua. Kekuatan kehendak dan cinta, serta segala hal yang mengikutinya, berupa niat, tekad, dan perbuatan. Sedangkan keraguan, melemahkan kekuatan analisa ilmiah selama tidak dilawan untuk dihilangkan. Syahwat membuat kekuatan kehendak untuk menunaikan perintah menjadi lemah selama tidak dibersihkan. Ketika memberitahukan kesucian dan terhindarnya Nabi Muhammad saw. dari kesalahan Allah SWT berfirman, 32 Ini adalah pendapat Ibnu Qayyim. Al-'Allaamah Badruddin asy-Syibli telah menerangkan pertentangan yang ada dalam masalah ini dalam kitab Ahkam al-MarjanfiAhkam al-Jan. Hanya saja dia belum menyebutkan nash dari Al-Qur'an atau Sunnah yang akan menghilangkan perselisihan itu. Ini hanya kutipan pendapat-pendapat para ulama. "Demi bintang ketika terbenam, kawanmu (Muhammad) tidak sesat dan tidak pula Are//rtj."(al-Najm: 1-2) Tidak tersesatnya Nabi Muhammad saw. ini menunjukkan kesempurnaan ilmu dan pengetahuan beliau. Hal ini juga menunjukkan bahwa segala berita yang beliau bawa adalah benar adanya. Ketidakkeliruan beliau menunjukkan sempurnanya kebenaran yang beliau bawa, dan menunjukkan bahwa beliau adalah manusia pilihan di dunia ini. Dengan demikian, beliau adalah seorang hamba yang sempurna ilmu dan amalnya. Beliau juga menyebut bahwa para Khulafa'urrasyidin mempunyai sifat-sifat yang layak menjadi panutan, sehingga beliau memerintahkan umatnya untuk mengikuti mereka. Rasulullah saw. bersabda, "Ikutilah sunnahku dan sunnah para Khulafa’ur-raasyidun, yang mendapatkan petunjuk sesudahku." (HR Tirmidzi) Ar-raasyid (yang mendapat petunjuk) adalah lawan dari al-ghaawi (yang tersesat) dan al-mahdi (mendapatkan petunjuk) adalah lawan dari adh-dhalaal (tersesat). Allah SWT berfirman, "(Keadaan kamu hai orang-orang yang munafik dan musyrik adalah) seperti keadaan orang-orang yang sebelum kamu yang lebih banyak harta benda dan anak-anaknya daripada kamu. Maka, mereka telah menikmati bagian mereka, dan kamu telah nikmati bagianmu sebagaimana orang-orang yang sebelummu menikmati bagiannya. Kamu mempercakapkan hal yang batil sebagaimana mereka mempercakapkannya. Mereka itu amalan-amalannya menjadi sia-sia di dunia dan di akhirat. Mereka itulah orang-orang yang merugi." (at-Taubah: 69) Dalam ayat ini Allah SWT menyebutkan dua hal yang merupakan penyakit orang-orang terdahulu dan orang-orang yang datang kemudian. Pertama. Bersenang-senang dengan jatah mereka di dunia. Dengan ini, maka mereka mengikuti hawa nafsu yang menjadi penghalang untuk mengikuti perintah-Nya. Berbeda dengan orang-orang mukmin. Meskipun mereka memperoleh bagian di dunia, tapi mereka tidak menikmati semuanya dan tidak pula menghabiskan umur mereka untuk kehidupan dunia belaka. Akan tetapi, mereka menggunakan bagian dunia mereka untuk membuat mereka mampu mencari bekal bagi hari kemudian. Kedua. Membicarakan hal-hal yang meragukan dan tidak benar. Allah SWT berfirman, "Dan kamu membicarakan tentang apa yang mereka bicarakan." Ini adalah perihal jiwa-jiwa yang tersesat, yang tidak diciptakan untuk kehidupan akhirat. Mereka senantiasa melampiaskan syahwat. Dan ketika mendapatkannya, maka mereka hanya memperbincangkan hal-hal batil yang tidak bermanfaat di dunia dan di akhirat. Di antara kesempurnaan hikmah Allah SWT, Dia menguji jiwa manusia dengan penderitaan dan kesusahan untuk mencapai keinginan dan hawa nafsunya. Sebab itulah, hanya sedikit jiwa yang tidak terjerumus ke dalam kebatilan. Seandainya jiwa-jiwa itu hanya mengejar hal-hal yang batil, maka mereka akan menjadi para penyeru ke neraka. Inilah perihal mereka yang hanya berkonsentrasi pada kebatilan, sebagaimana tampak dalam realita. Dan makna 'kalian memperbincangkan' dalam ayat di atas adalah 'seperti kelompok yang memperbincangkan', atau 'bagaikan dua kelompok yang telah memperbincangkan', jadi kata al-ladzi di sini adalah untuk tunggal atau plural. Hal ini juga sebagamaina terdapat dalam firman Allah, "Dan orang-orang yang (al-ladzi) membawa kebenaran (Muhammad) dan membenarkannya, mereka itulah orang-orang yang bertakwa. Mereka memperoleh apa yang mereka kehendaki pada sisi Tuhan mereka. Mereka itulah orang-orang yang bertakwa." (az-Zumar: 33-34) Tapi kata al-ladzi tidak bisa dipakai untuk bentuk plural bagi laki-laki. Sebab itu, tidak dikatakan 'al-muslimuun al-ladziijaa suu (orang-orang muslim yang telah datang). Tapi, kata al-ladzi hanya sering dipakai untuk nama yang memiliki arti plural seperti partai, kelompok, atau sesuatu yang mencakup makna plural lainnya. Seperti ucapan seorang penyair, "Sesungguhnya mereka yang darahnya mengalir dan menjadi nanah, Adalah benar-benar kaum yang sejati, wahai Ummu Khalid." Atau al-ladzi bisa juga dipakai ketika sesuatu yang dimaksudkan adalah jenis, bukan satu atau bilangan, seperti firman Allah, "Dan orang-orang yang membawa kebenaran (Muhammad) dan mem-benarkannya, mereka itulah orang-orang yang bertakwa." (az-Zumar: 33) Padanan ayat ini adalah ayat yang sedang kita bahas, yaitu, "Kamu mempercakapkan hal yang batil sebagaimana mereka- mem-percakapkannya." (at-Taubah: 69) Namun, bisa juga makna yang dimaksud ayat ini adalah "dan kalian memper-bincangkannya seperti perbincangan mereka". Dalam arti yang terakhir ini, maka al-ladzi menjadi sifat bagi suatu kata benda yang tidak disebutkan (mahdzuuf). Ini seperti perkataan Anda, 'Idhrib kal-ladzii dharab" (Pukullah dia seperti pukulannya terhadapmu), dan 'Ahsin kal-ladzi a'hsana' (Berbuat baiklah kepadanya seperti kebaikannya kepadamu) dan semacamnya. Berdasarkan penjelasan terakhir ini, maka posisi kata ganti yang merujuk ke subjek adalah manshub dan tidak disebutkan (mahdzuuf). Tidak disebutkannya kata ganti tersebut sama-sama terjadi dalam dua makna di atas. Maka, Allah SWT mencela mereka karena memperbincangkan hal-hal yang batil dan mengikuti hawa nafsu. Allah SWT juga memberitahukan bahwa orang yang demikian keadaannya, maka ia akan kehilangan amal perbuatannya di dunia dan di akhirat, dan dia termasuk orang-orang yang merugi. Padanan ayat di atas adalah perkataan penghuni neraka kepada penghuni surga di saat mereka ditanya penyebab mereka masuk neraka, sebagaimana dikisahkan dalam ayat berikut, "Mereka menjawab, 'Kami dahulu tidak termasuk orang-orang yang menjalankan shalat dan kami tidak pula memberi makanan orang miskin, dan adalah kami membicarakan yang batil bersama dengan orang-orang yang membicarakannya dan adalah kami mendustakan hari pembalasan." (al-Muddatstsir: 43-46) Dalam ayat ini disebutkan dua sebab. Pertama, membicarakan hal yang batil, yang membuat mereka mendustakan hari pembalasan. Kedua, mengikuti tuntutan syahwat dengan konsekuensi meninggalkan shalat dan tidak memberi makan orang-orang miskin. Inilah dua penyebab masuknya mereka ke neraka. Wallaahu waliyyut-taufiiq.

Apakah Jin Masuk Surga Sebagaimana Manusia?

Firman Allah SWT "Dan apabila petunjuk-Ku datang kepadamu." (Thaahaa: 123) Adalah ditujukan kepada orang-orang yang diturunkan Allah SWT dari surga dengan firman-Nya, "Turunlah semua dari surga itu kamu berdua, sebagian dari kamu menjadi musuh sebagian yang lain." (Thaahaa: 123) Setelah itu Allah SWT berfirman, "Maka apabila petunjuk-Ku datang kepadamu." Kedua hal di atas ditujukan kepada bapak jin dan bapak manusia. Ini menunjukkan bahwa jin mendapat perintah serta larangan dari Allah SWT. Mereka juga tercakup dalam syariat-syariat para nabi, dan kejahatan mereka juga layak mendapat hukuman. Ini juga menunjukkan bahwa Nabi Muhammad saw. diutus kepada mereka sebagaimana diutus kepada manusia. Semua ini tidak diperselisihan para ulama. Akan tetapi, mereka berbeda pendapat tenang apakah jin yang muslim juga masuk surga? Mayoritas ulama berpendapat bahwa jin muslim akan masuk surga, dan jin yang kafir akan masuk neraka. Ada juga yang mengatakan bahwa pahala jin yang muslim hanyalah keselamatan dari siksa neraka namun tidak akan masuk surga. Karena surga hanya dimasuki oleh Adam dan keturunannya, dan ini adalah pendapat Imam Abu Hanifah rahimahullah. Orang-orang yang mengatakan bahwa jin muslim juga akan masuk surga memiliki beberapa argumentasi. Pertama. Dalam ayat 123 dari surah Thaahaa di atas, Allah SWT memberitakan bahwa barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Nya, maka ia tidak akan merasa takut, sedih, tersesat dan menderita. Ini merupakan konsekuensi dari kesempurnaan nikmat-Nya. Tidak bisa dikatakan bahwa ayat tersebut hanya menunjukkan peniadaan azab, karena sudah menjadi kesepakatan bahwa jin mukmin tidak akan disiksa. Seandainya ayat di atas hanya menunjukkan peniadaan azab, maka itu bukanlah pujian bagi manusia yang mukmin, namun sekedar informasi peniadaan ketakutan dan kesedihan. Sebagaimana diketahui bahwa konteks dan maksud ayat adalah bahwa orang yang mengikuti petunjuk Allah SWT, maka ia akan mendapatkan kebahagiaan yang paling besar dan terhindar dari penderitaan yang sangat pedih. Allah SWT mengungkapkan semua itu dengan meniadakan rasa takut dan kesedihan tersebut sesuai dengan tuntutan keadaan. Sehingga, ketika Allah SWT menurunkan Adam a.s. dari surga, maka ia dirundung rasa takut, kesedihan dan penderitaan. Lalu Allah memberitahukan kepadanya bahwa Dia memberikan janji baginya dan bagi keruturunannya. Yakni, barangsiapa mengikuti petunjuk-Nya, maka akan terhapus ketakutan, kesedihan, kesesatan, dan penderitaan darinya. Dan dimaklumi bahwa semua itu tidak akan hilang kecuali dengan masuk ke surga. Tetapi, dengan menyebutkan peniadaan keburukan yang paling berat adalah lebih tepat. Kedua. Firman Allah SWT, "Dan ingatlah ketika Kami hadapkan serombongan jin kepadamu yang mendengarkan Ai-Qur'an, maka tatkala mereka menghadiri pembacaannya lalu mereka berkata, 'Diamlah kamu untuk mendengarkannya.' Ketika pembacaan telah selesai mereka kembali kepada kaumnya untuk memberi peringatan.' Mereka berkata, 'Hai kaum kami, sesungguhnya kami telah mendengarkan kitab 64/-Qur'an) yang telah diturunkan sesudah Musa yang membenarkan kitab-kitab sebelumnya lagi memimpin kepada kebenaran dan kepada jalan yang lurus. Hai kaum kami, terimalah seruan orang yang menyeru kepada Allah dan berimanlah kepada-Nya, niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosa kamu dan melepaskan kamu dari azab yang pedih.'" (al-Ahqaaf: 29-31) Dalam ayat di atas Allah SWT memberitahukan kepada kita tentang ancaman-Nya terhadap para jin, yaitu barangsiapa yang memenuhi seruan utusan-Nya, maka akan diampuni dan dibebaskan dari neraka. Seandainya ampunan bagi mereka hanya berupa pembebasan dari azab, maka cukup dengan firman-Nya, "Dan melepaskan kamu dari azab yang pedih." Akan tetapi, kesempurnaan ampunan itu adalah masuk ke surga dan selamat dari neraka. Sehingga barangsiapa yang mendapat ampunan dari Allah, maka dia masuk surga. Ketiga. Firman Allah SWT tentang bidadari di surga, "Tidak pernah disentuh oleh manusia sebelum mereka (penghuni-penghuni surga yang menjadi suami mereka) dan tidak pula oleh jin." (ar-Rahmaan: 56) Ayat ini menunjukkan bahwa jin dan manusia yang beriman akan masuk surga, dan bahwa bidadari di dalamnya belum pernah disentuh oleh mereka. Maka, ini menunjukkan jin-jin yang beriman dapat menyentuh bidadari setelah mereka masuk surga, sebagaimana yang terjadi pada manusia. Seandainya mereka tidak masuk surga, tentulah tidak pantas bagi mereka menerima berita seperti itu. Keempat. Firman Allah SWT, "Maka jika kami tidak dapat membuatnya, pasti kamu tidak akan dapat membuatnya. Peliharalah dirimu dari neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu yang disediakan bagi orang-orang kafir. Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat baik, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. Setiap mereka diberi rezeki buah-buahan dalam surga itu, mereka mengatakan, 'Inilah yang pernah diberikan kepada kami dahulu. 'Mereka diberi buah-buahan yang serupa dan untuk mereka di dalamnya ada istri-istri yang suci dan mereka kekal di dalamnya." (al-Baqarah: 24-25) Di antara jin ada yang mukmin dan ada yang kafir, sebagaimana dikatakan oleh jin-jin saleh di antara mereka, "Dan sesungguhnya dari kami ada orang-orang taat dan ada pula orang-orang yang menyimpang dari kebenaran." (al-Jinn: 14) Maka karena golongan jin yang kafir masuk dalam ayat kedua (al-Jinn: 14), maka golongan jin mukmin juga harus masuk dalam ayat pertama (al-Baqarah: 25). Kelima. Firman Allah SWT tentang jin-jin yang saleh, "Barangsiapa yang taat, maka mereka itu benar-benar telah memilih jalan yang lurus." (al-Jinn: 14) Maksud ar-rusyd di sini adalah petunjuk dan kemenangan, yaitu petunjuk dari Al-Qur'an. Maka, barangsiapa tidak masuk surga, dia tidak memperoleh tujuan dari petunjuk tersebut, melainkan petunjuk tersebut sekedar dalam pengetahuannya saja. Keenam. Firman Allah SWT, "Berlomba-lombalah kamu kepada (mendapatkan) ampunan dari Tuhan dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-rasul-Nya. Itulah karunia Allah diberikannya kepada siapa yang dikehendaki. Dan Allah mempunyai karunia yang besar." (al-Hadiid: 21) Golongan jin yang mukmin adalah orang yang beriman kepada Allah SWT dan para rasul-Nya. Oleh karena itu, mereka termasuk orang-orang yang memperoleh berita gembira dan berhak menerimanya. Ketujuh. Firman Allah SWT, "Allah menyeru manusia ke Darussalam (surga) dan menunjuki orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus." (Yunus: 25) Dalam ayat ini Allah SWT menjadikan seruan-Nya bersifat umum, dan menjadikan hidayah-Nya bersifat khusus. Maka, barangsiapa mendapatkan petunjuk-Nya, dia termasuk yang diseru kepada petunjuk-Nya itu. Jadi jin yang mandapatkan hidayah-Nya, adalah termasuk yang diseru kepada hidayah itu. Kedelapan. Firman Allah SWT, "Hai golongan jin dan manusia, apakah belum datang kepadamu rasul-rasul dan golongan kamu sendiri yang menyampaikan kepadamu ayat-ayat-Ku dan memberi peringatan kepadamu terhadap pertemuanmu dengan-Ku hari ini? Mereka berkata, 'Kami menjadi saksi atas diri kami sendiri.' Kehidupan dunia telah menipu mereka dan mereka menjadi saksi atas diri mereka sendiri bahwa mereka adalah orang-orang yang kafir. Yang demikian itu adalah karena Tuhanmu tidaklah membinasakan kota-kota secara aniaya, sedang penduduknya dalam keadaan lengah. Dan masing-masing orang memperoleh derajat-derajat seimbang dengan apa yang dikerjakannya. Tuhanmu tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan." (al-ArTaam: 128-132) Penjelasan ayat ini adalah umum untuk jin dan manusia. Dalam ayat tersebut Allah SWT memberitakan kepada mereka bahwa masing-masing mereka memiliki derajat sesuai dengan amalnya. Sebagai konsekuensinya, maka jin yang melakukan kebajikan juga memiliki derajat sesuai dengan amalnya, sebagaimana manusia. Kesembilan. Firman Allah, "Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, 'Tuhan kami ialah Allah,' kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan, 'Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih dan gembirakanlah mereka dengan memperoleh surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu.' (Fushshilat: 30) Dan firman Allah SWT, "Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, 'Tuhan kami ialah Allah,' kemudian mereka tetap istiqamah, maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tidak ada pula berduka cita. Mereka-mereka itulah penghuni surga, mereka kekal di dalamnya sebagai balasan atas apa yang telah mereka kerjakan." (al-Ahqaaf: 13-14) Ayat ini kami jadikan dalil, karena tiga alasan. Pertama, kata penghubung (alladziina) di dalam ayat tersebut bersifat umum. Kedua, disebutkannya pahala setelah hal-hal terpuji yang disebutkan sebelumnya. Dan ini menunjukkan bahwa siapa saja yang menyandang hal-hal tersebut berhak menerima pahala itu. Hal-hal terpuji tersebut adalah ikrar bahwa tiada tuhan selain Allah disertai dengan istiqamah. Ketetapan ini adalah umum karena keumuman sebab. Apabila masuk surga adalah konsekuensi dari kesaksian bahwa tiada tuhan selain Allah dan pengakuan akan rububiyah-Nya, disertai dengan konsisten terhadap segala perintah-Nya, maka barangsiapa yang melakukan hal ini, dia pun berhak atas balasan tersebut. Ketiga, Allah SWT berfirman, "Maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tidak ada pula berduka cita. Mereka-mereka itulah penghuni surga, mereka kekal di dalamnya sebagai balasan atas apa yang telah mereka kerjakan." (al-Ahqaaf: 13-14) Ini menunjukkan bahwa siapa saja yang tidak dilingkupi rasa takut dan rasa sedih adalah penghuni surga. Dan, tentang siapa yang tidak dilingkupi rasa takut dan rasa sedih telah disebutkan dalam firman Allah, "Barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku, maka mereka tidak akan merasa takut dan merasa sedih." (al-Baqarah: 38) Ayat ini meliputi dua golongan, dan ayat ini menujukkan bahwa siapa saja yang tidak dilingkupi rasa takut dan rasa sedih, maka dia adalah penghuni surga. Kesepuluh. Jika jin-jin yang kafir masuk neraka karena keadilan Allah, maka masuknya jin-jin yang mukmin ke surga karena kemuliaan dan kasih sayang Allah adalah lebih utama. Sebab, kasih sayang-Nya mendahului murka-Nya dan kebaikan lebih umum daripada keadilan. Oleh karena itulah, tidak akan masuk neraka kecuali mereka yang melakukan perbuatan-perbuatan penghuni neraka. Berbeda dengan surga, ia dapat dimasuki oleh mereka yang tidak pernah melakukan kebaikan sama sekali. Karena Allah SWT telah menciptakan golongan untuk surga yang akan menempatinya tanpa harus melakukan amal kebajikan. Di dalam surga juga Allah akan menaikkan derajat hamba-hamba-Nya tanpa ada usaha dari mereka, melainkan karena doa, shalat, sedekah dan perbuatan baik yang dihadiahkan orang lain kepada mereka. Merupakan ketetapan Al-Qur'an serta kesepakatan umat, bahwa jin kafir akan masuk neraka karena keadilan Tuhan dan karena apa yang mereka perbuat. Sedangkan, jin-jin mukmin akan masuk surga karena kemuliaan Allah dan karena amal mereka. Ada juga yang berpendapat bahwa jin-jin mukmin tersebut berada di dasar surga, di mana mereka dapat dilihat oleh penghuni surga lainnya tapi mereka sendiri tidak melihat penghuni surga lainnya. Menurut pendapat ini, kondisi mereka di surga ini kebalikan di dunia, di mana jin-jin tersebut dapat melihat anak-cucu Adam, sedangkan anak-cucu Adam tidak dapat melihat mereka. Akan tetapi, hal seperti ini tidak dapat diketahui tanpa ada dalil yang tidak bisa dibantah. Dan jika dalil tersebut memang benar, maka itu wajib diikuti. Namun jika tidak ada dalil yang mendukungnya, maka pendapat ini sekedar disampaikan agar dapat diketahui, sedangkan kebenarannya tergantung pada dalil. Wallaahu a'alam?2

Kesesatan dan Penderitaan, serta Petunjuk dan Keberuntungan

Dua hal yang buruk ini, yaitu kesesatan dan penderitaan, banyak disebutkan Allah SWT dalam firman-Nya. Allah SWT memberitakan bahwa kedua hal itu akan ditimpakan kepada musuh-musuh-Nya. Dia juga banyak menyebutkan lawan dari kedua hal ini, yaitu petunjuk dan keberuntungan. Dia mengabarkan bahwa dua hal ini adalah untuk kekasih-kekasih-Nya. Adapun yang pertama, yaitu kesesatan dan kesengsaraan adalah seperti terdapat dalam firman Allah, "Sesungguhnya orang-orang yang berdosa berada dalam kesesatan di dunia dan dalam neraka." (al-Qamar: 47) Yang dimaksud dengan kesesatan dalam ayat di atas adalah kesesatan itu sendiri, sedangkan neraka maksudnya adalah penderitaan dan azab. Allah SWT juga berfirman, "Sesungguhnya rugilah orang-orang yang mendustakan pertemuan mereka dengan Allah dan mereka tidak mendapat petunjuk." (Yunus: 45) Sedangkan yang kedua, yaitu petunjuk dan keberuntungan adalah seperti terdapat dalam firman Allah SWT di awal surah al-Baqarah, yaitu ketika Allah SWT menyebutkan sifat-sifat orang-orang mukmin, "Mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk dari Tuhannya dan merekalah orang-orang yang beruntung." (al-Baqarah: 5) Demikian juga dalam surah al-An'aam, "Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukannya dengan kezaliman, merekalah yang medapatkan keamanan. Dan mereka adalah orang-orang yang berpetunjuk." (al-ArTaam: 82) Karena surah al-Faatihah merupakan surah yang paling agung, paling wajib dibaca, paling mencakup apa yang dibutuhkan hamba, serta paling luas manfaatnya, maka Allah SWT menyebutkan kebaikan dan keburukan di dalamnya. Allah SWT memerintahkan kita mengucapkan, "Tunjukilah kami jalan yang lurus, jalannya orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka." (al-Faatihah: 6) Di sini Allah SWT menyebutkan hidayah dan nikmat yang merupakan petunjuk dan kemenangan. Kemudian Allah SWT berfirman, "Bukan orang-orang yang Engkau murkai dan orang-orang yang sesat" (al-Fatihah: 7) Di sini Allah SWT menyebutkan orang-orang yang mendapat murka-Nya, yaitu mereka yang menderita. Juga menyebutkan orang-orang yang tersesat, yaitu mereka yang tersesat dari jalan yang lurus. Masing-masing dari kedua golongan ini adalah orang-orang yang mengalami penderitaan dan kesesatan. Allah SWT menyebutkan kedua sifat buruk ini secara bersamaan, supaya apa yang dituju oleh surah tersebut diungkapkan dengan lafal yang paling jelas. Allah SWT juga menyebutkan salah satu sifat yang paling jelas bagi masing-masing golongan. Untuk orang-orang Yahudi, kemurkaan lebih sesuai dan lebih jelas. Hal ini dikarenakan mereka menentang kebenaran setelah mereka mengetahuinya. Sedangkan untuk orang-orang Nasrani, maka kesesatan lebih cocok dan lebih jelas, karena mereka tersesat disebabkan kebodohan dan ketidaktahuan mereka. Dalam sebuah riwayat yang shahih disebutkan bahwa Nabi saw. bersabda, "Orang-orang Yahudi adalah orang-orang yang dimurkai dan orang-orang yang sesat adalah orang-orang Nasrani."(HR Ahmad dan Tirmidzi) * * *

Rahasia Allah SWT dalam Menurunkan Adam ke Bumi

Sesungguhnya, Allah SWT menurunkan Adam a.s., bapak manusia, dari surga adalah karena hikmah-hikmah yang tidak mampu dipahami akal dan tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Karena turunnya Adam a.s. dari surga merupakan esensi kesempurnaan-Nya agar dia kembali ke surga dalam kondisi yang terbaik. Allah SWT ingin membuat Adam dan keturunannya merasakan kehidupan dunia dengan segala kesusahan, keresahan, dan kesulitan di dalamnya, yang semua itu menjadi standar masuknya mereka ke surga di akhirat kelak. Dan, kebaikan sesuatu akan tampak melalui lawannya. Seandainya mereka hidup di surga, maka mereka tidak akan dapat mengetahui agungnya surga. Allah SWT ingin memerintah, melarang, dan menguji mereka, sedangkan surga bukanlah tempat untuk menerima beban taklif (paksaan), karena itu Allah menurunkan mereka ke bumi. Allah SWT menawarkan kepada mereka sebaik-baik balasan, yang tidak mungkin diperoleh tanpa ada perintah dan larangan. Di samping itu, Allah SWT ingin memilih di antara mereka para nabi, rasul, wali, dan syuhada yang Dia cintai serta mereka mencintai-Nya. Maka, Allah SWT membaurkan mereka dengan musuh-musuh-Nya, dan menguji mereka dengan musuh-musuh itu. Tatkala mereka lebih memilih Allah SWT, mengorbankan jiwa dan harta mereka demi keridhaan dan kecintaan-Nya, maka mereka memperoleh kecintaan, keridhaan, dan kedekatan dengan-Nya, yang tidak mungkin diraih tanpa pengorbanan tersebut. Kerasulan, kenabian, syahid, cinta, marah, keberpihakan kepada wali-wali-Nya dan membenci musuh-musuh-Nya karena Dia semata, merupakan derajat yang paling mulia di sisi-Nya. Semua ini tidak mungkin terwujud kecuali dengan cara yang telah diatur dan diputuskan-Nya. Yaitu, menurunkan Adam a.s. ke bumi dan menjadikan kehidupannya serta kehidupan anak-cucunya di dalamnya. Allah SWT memiliki Asmaa'ul-Husnaa (nama-nama yang indah). Di antaranya adalah al-Ghafuur, ar-Rahiim, al-'Afuww, al-Haliim, al-Khaafid, ar-Raafi', al-Mu'izz, al-Mudzill, al-Muhyi, al-Mumiit, al-Waarits, dan ash-Shabuur. Dan, pengaruh dari Asmaa'ul-Husnaa tersebut pasti tampak.12 Maka dengan kebijaksanaan-Nya, Adam dan keturunannya Dia turunkan ke alam ini, di mana pengaruh Asmaa 'ul-Husnaa. Penampakan sifat-sifat yang khusus diperuntukkan bagi makhluk-Nya karena Allah 'Azza wa Jalla bersifat Maha Sempurna sejak zaman azali. Allah SWT tidak hanya memiliki nama al-Khaaliq (Pencipta) setelah Dia mencipta dan nama ar-Raaziq setelah memberi rezeki, tapi Dia Pencipta sebelum menciptakan, Pemberi rezeki sebelum memberi rezeki, Menghidupkan sebelum memberi kehidupan, dan Mematikan sebelum Dia mematikan. Di alam inilah Allah SWT mengampuni, mengasihi, mengangkat, memuliakan, menghinakan, menyiksa, memberi, tak memberi, melapangkan dan sebagainya bagi siapa saja yang Dia kehendaki sebagai manifestasi dari asma dan sifat yang Dia miliki. Allah SWT adalah al-Maalik, al-Haqq, dan al-Mubiin (Maha Penguasa, Maha Benar, Maha Nyata). Al-Maalik adalah Yang memerintah, melarang, memberikan ganjaran, memberikan hukuman, menghinakan, memuliakan, meninggikan, dan merendahkan. Dengan demikian, kekuasaan Allah SWT menghendaki diturunkannya Adam dan keturunannya ke bumi, di mana hukum-hukum kekuasaan-Nya diberlakukan. Setelah itu, mereka akan dipindahkan ke suatu tempat, yang di dalamnya terbukti kesempurnaan kekuasaan-Nya tersebut. Allah SWT juga menurunkan manusia ke bumi, di mana keimanan kepada yang gaib dapat terwujud. Keimanan kepada yang gaib adalah keimanan yang hakiki dan bermanfaat, berbeda dengan keimanan hanya kepada yang tampak. Setiap orang percaya bahwa pada hari kiamat hanya keimanannya yang bermanfaat. Seandainya mereka tetap ditempatkan di dalam surga, maka mereka tidak akan memperoleh tingkat keimanan kepada yang gaib ini. Mereka pun tidak akan merasakan kelezatan dan kemuliaan yang hanya dapat terwujud dengannya. Bahkan kelezatan dan kemulian yang tersedia bagi mereka di surga, tempat kenikmatan itu, tidak seperti yang akan mereka peroleh karena keimanan kepada yang gaib. Allah SWT menciptakan Adam a.s. dari segenggam materi yang diambil dari semua zat bumi. Bumi yang mengandung zat baik, buruk, lapang, keras, mulia, dan jahat.Allah SWT mengetahui bahwa di punggung Adam a.s.ada keturunannya yang tidak layak tinggal bersamanya di surga sebagai alam kenikmatan. Karena itu, Allah SWT menurunkannya ke bumi, di mana kebaikan dan keburukan dikeluarkan dari tulang sulbinya. Lalu Allah SWT memisahkan keduanya dan masing-masing Dia tempatkan di tempat yang berbeda. Maka, Allah SWT menjadikan orang-orang baik sebagai teman dan sahabat Adam a.s. di surga kelak, dan menjadikan orang-orang yang jahat sebagai penghuni neraka, tempat orang-orang yang menderita dan orang-orang jahat. Allah SWT berfirman, "Supaya Allah memisahkan golongan yang buruk dari yang baik dan menjadikan yang buruk itu sebagiannya di atas sebagian yang lain, lalu semuanya ditumpukannya dan dimasukkannya ke dalam neraka Jahanam. (Mereka itulah orang-orang yang merugi)." (al-Anfal: 37) Karena Allah SWT tahu bahwa dari keturunan Adam a.s. ada yang tidak layak tinggal bersamanya di surga, maka Dia menurunkan Adam a.s. dan keturunannya ke tempat di mana orang-orang yang tidak layak tinggal di surga itu dipisahkan, lalu dimasukkan ke tempat yang sesuai dengan mereka. Semua itu terjadi karena hikmah-Nya yang agung dan kehendak-Nya yang sempurna. Demikianlah ketetapan Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui. Tatkala Allah SWT berfirman kepada para malaikat, "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." Para malaikat pun bertanya, "Mengapa Engkau hendak menjadikan khalifah di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau." (al-Baqarah: 30) Maka, Allah SWT menjawab pertanyaan itu dengan berfirman, "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui." (al-Baqarah: 30) Kemudian Allah SWT pun menampakkan ilmu-Nya kepada hamba-hamba dan malaikat-Nya. Dia menjadikan di atas bumi ini orang-orang yang istimewa; yaitu para rasul, para nabi, dan para wali. Juga orang-orang yang mendekatkan diri kepada-Nya dengan mengorbankan jiwa melawan syahwat dan hawa nafsu demi cinta dan ridha dari-Nya. Mereka meninggalkan semua yang mereka cintai untuk mendekatkan diri kepada-Nya, mereka melawan hawa nafsu demi mencari keridhaan-Nya, dan mereka mengorbankan jiwa dan raga demi menggapai cinta-Nya. Maka, Allah SWT memberi mereka keistimewaan dengan sebuah pengetahuan yang tidak dimiliki para malaikat. Mereka selalu bertasbih dengan memuji-Nya siang-malam. Mereka senantiasa menyembah-Nya meskipun hawa nafsu, syahwat, dan godaan jiwa serta musuh-musuh mereka selalu merongrongnya. Sedangkan para malaikat, mereka menyembah Allah SWT tanpa ada tantangan yang menghadang, tanpa ada syahwat yang menggoda, dan tanpa ada musuh yang semena-mena, karena ibadah para malaikat kepada Allah SWT seakan menyatu dengan jiwa mereka. Di samping itu, Allah SWT ingin menampakkan kepada hamba-hamba-Nya yang beriman, perihal musuh-musuh-Nya, pembangkangan mereka, dan ketakaburan mereka terhadap perintah-Nya. Allah SWT juga ingin menampakkan usaha musuh-musuh-Nya itu dalam menentang keridhaan-Nya. Dan sebelumnya, semua itu tersembunyi dan tidak diketahui oleh bapak manusia dan bapak jin. Oleh karenanya, Allah SWT menurunkan mereka ke bumi, dan di sana Dia memperlihatkan apa yang sebelumnya hanya diketahui oleh-Nya. Maka, nyata dan sempurnalah kebijaksaanan serta perintah-Nya, dan pengetahuan-Nya pun menjadi tampak oleh para malaikat. Allah SWT mencintai orang-orang yang sabar, orang-orang yang berbuat baik, orang-orang yang bersatu untuk berperang di jalan-Nya, orang-orang yang bertobat, Hikmah Petunjuk dan Kesesatan orang-orang yang bersih, dan orang-orang yang bersyukur. Kecintaan Allah SWT adalah kemuliaan yang paling tinggi. Karena itu, dengan hikmah-Nya Dia menempatkan Adam a.s. dan keturunannya di suatu tempat, di mana kecintaan Allah SWT itu dapat terwujud. Dengan demikian, diturunkannya Adam dan keturunannya ke bumi ini adalah nikmat yang paling tinggi bagi mereka. Allah berfirman, "Dan Allah menentukan siapa yang dikehendakinya untuk diberi rahmat dan Allah mempunyai karunia yang sangat besar." (al-Baqarah: 105) Allah SWT juga ingin mengambil dari keturunan Adam orang-orang yang Dia bela, Dia kasihi serta Dia cintai, dan mereka juga mencintai-Nya. Kecintaan mereka kepada-Nya merupakan puncak kehormatan dan kemuliaan. Derajat yang mulia ini tidak mungkin terealisasi tanpa adanya keridhaan dari-Nya dengan mengikuti perintah-Nya, serta meninggalkan keinginan hawa nafsu dan gejolak syahwat yang dibenci oleh-Nya, Zat yang mereka cintai. Maka, Allah SWT menurunkan mereka ke bumi ini, di mana mereka menerima perintah dan larangan untuk mereka taati. Sebab itu, mereka memperoleh kemuliaan cinta dari-Nya. Itulah kesempurnaan hikmah dan kasih sayang-Nya, Dia Yang Maha Baik lagi Maha Penyayang.

KISAH DAN PERJUANGAN NABI IBRAHIM AS

Nabi Ibrahim adalah putera Aaazar {Tarih} bin Tahur bin Saruj bin Rau' bin Falij bin Aaabir bin Syalih bin Arfakhsyad bin Saam bin Nuh A.S.Ia dilahirkan di sebuah tempat bernama "Faddam A'ram" dalam kerajaan "Babylon" yang pd waktu itu diperintah oleh seorang raja bernama "Namrud bin Kan'aan." Kerajaan Babylon pd masa itu termasuk kerajaan yang makmur rakyat hidup senang, sejahtera dalam keadaan serba cukup sandang mahupun pandangan serta saranan-saranan yang menjadi keperluan pertumbuhan jasmani mrk.Akan tetapi tingkatan hidup rohani mrk masih berada di tingkat jahiliyah. Mrk tidak mengenal Tuhan Pencipta mrk yang telah mengurniakan mrk dengan segala kenikmatan dan kebahagiaan duniawi. Persembahan mrk adalah patung-patung yang mrk pahat sendiri dari batu-batu atau terbuat dari lumpur dan tanah. Raja mereka Namrud bin Kan'aan menjalankan tampuk pemerintahnya dengan tangan besi dan kekuasaan mutlak.Semua kehendaknya harus terlaksana dan segala perintahnya merupakan undang-undang yang tidak dpt dilanggar atau di tawar. Kekuasaan yang besar yang berada di tangannya itu dan kemewahan hidup yang berlebuh-lebihanyang ia nikmati lama-kelamaan menjadikan ia tidak puas dengan kedudukannya sebagai raja. Ia merasakan dirinya patut disembah oleh rakyatnya sebagai tuhan. Ia berfikir jika rakyatnya mahu dan rela menyembah patung-patung yang terbina dari batu yang tidal dpt memberi manfaat dan mendtgkan kebahagiaan bagi mrk, mengapa bukan dialah yang disembah sebagai tuhan.Dia yang dpt berbicara, dapat mendengar, dpt berfikir, dpt memimpin mrk, membawa kemakmuran bagi mrk dan melepaskan dari kesengsaraan dan kesusahan. Dia yang dpt mengubah orang miskin menjadi kaya dan orang yang hina-dina diangkatnya menjadi orang mulia. di samping itu semuanya, ia adalah raja yang berkuasa dan memiliki negara yang besar dan luas. Di tengah-tengah masyarakat yang sedemikian buruknya lahir dan dibesarkanlah Nabi Ibrahim dari seorang ayah yang bekerja sebagai pemahat dan pedagang patung. Ia sebagai calun Rasul dan pesuruh Allah yang akan membawa pelita kebenaran kepada kaumnya,jauh-jauh telah diilhami akal sihat dan fikiran tajam serta kesedaran bahwa apa yang telah diperbuat oleh kaumnya termasuk ayahnya sendiri adalah perbuat yang sesat yang menandakan kebodohan dan kecetekan fikiran dan bahwa persembahan kaumnya kepada patung-patung itu adalah perbuatan mungkar yang harus dibanteras dan diperangi agar mrk kembali kepada persembahan yang benar ialah persembahan kepada Tuhan Yang Maha Esa, Tuhan pencipta alam semesta ini. Semasa remajanya Nabi Ibrahim sering disuruh ayahnya keliling kota menjajakan patung-patung buatannya namun karena iman dan tauhid yang telah diilhamkan oleh Tuhan kepadanya ia tidak bersemangat untuk menjajakan brg-brg itu bahkan secara mengejek ia menawarkan patung-patung ayahnya kepada calun pembeli dengan kata-kata:" Siapakah yang akan membeli patung-patung yang tidak berguna ini? " Nabi Ibrahim Ingin Melihat Bagaimana Makhluk Yang Sudah Mati Dihidupkan Kembali Oleh Allah Nabi Ibrahim yang sudah berketetapan hati hendak memerangi syirik dan persembahan berhala yang berlaku dalam masyarakat kaumnya ingin lebih dahulu mempertebalkan iman dan keyakinannya, menenteramkan hatinya serta membersihkannya dari keragu-raguan yang mungkin esekali mangganggu fikirannya dengan memohon kepada Allah agar diperlihatkan kepadanya bagaimana Dia menghidupkan kembali makhluk-makhluk yang sudah mati.Berserulah ia kepada Allah: " Ya Tuhanku! Tunjukkanlah kepadaku bagaimana engkau menghidupkan makhluk-makhluk yang sudah mati."Allah menjawab seruannya dengan berfirman:Tidakkah engkau beriman dan percaya kepada kekuasaan-Ku? "Nabi Ibrahim menjawab:" Betul, wahai Tuhanku, aku telah beriman dan percaya kepada-Mu dan kepada kekuasaan-Mu, namun aku ingin sekali melihat itu dengan mata kepala ku sendiri, agar aku mendapat ketenteraman dan ketenangan dan hatiku dan agar makin menjadi tebal dan kukuh keyakinanku kepada-Mu dan kepada kekuasaan-Mu." Allah memperkenankan permohonan Nabi Ibrahim lalu diperintahkanlah ia menangkap empat ekor burung lalu setelah memperhatikan dan meneliti bahagian tubuh-tubuh burung itu, memotongnya menjadi berkeping-keping mencampur-baurkan kemudian tubuh burung yang sudak hancur-luluh dan bercampur-baur itu diletakkan di atas puncak setiap bukit dari empat bukit yang letaknya berjauhan satu dari yang lain. Setelah dikerjakan apa yang telah diisyaratkan oleh Allah itu, diperintahnyalah Nabi Ibrahim memanggil burung-burung yang sudah terkoyak-koyak tubuhnya dan terpisah jauh tiap-tiap bahagian tubuh burung dari bahagian yang lain. Dengan izin Allah dan kuasa-Nya datanglah berterbangan enpat ekor burung itu dalam keadaan utuh bernyawa seperti sedia kala begitu mendengar seruan dan panggilan Nabi Ibrahim kepadanya lalu hinggaplah empat burung yang hidup kembali itu di depannya, dilihat dengan mata kepalanya sendiri bagaimana Allah YAng Maha Berkuasa dpt menghidupkan kembali makhluk-Nya yang sudah mati sebagaimana Dia menciptakannya dari sesuatu yang tidak ada. Dan dengan demikian tercapailah apa yang diinginkan oleh Nabi Ibrahim untuk mententeramkan hatinya dan menghilangkan kemungkinan ada keraguan di dalam iman dan keyakinannya, bahwa kekuasaan dan kehendak Allah tidak ada sesuatu pun di langit atau di bumi yang dpt menghalangi atau menentangnya dan hanya kata "Kun" yang difirmankan Oleh-Nya maka terjadilah akan apa yang dikenhendaki " Fayakun". Nabi Ibrahim Berdakwah Kepada Ayah Kandungnya Aazar, ayah Nabi Ibrahim tidak terkecuali sebagaimana kaumnya yang lain, bertuhan dan menyembah berhala bah ia adalah pedagang dari patung-patung yang dibuat dan dipahatnya sendiri dan drpnya orang membeli patung-patung yang dijadikan persembahan. Nabi Ibrahim merasa bahwa kewajiban pertama yang harus ia lakukan sebelum berdakwah kepada orang lain ialah menyedarkan ayah kandungnya dulu orang yang terdekat kepadanya bahwa kepercayaan dan persembahannya kepada berhala-berhala itu adalah perbuatan yang sesat dan bodoh.Beliau merasakan bahawa kebaktian kepada ayahnya mewajibkannya memberi penerangan kepadanya agar melepaskan kepercayaan yang sesat itu dan mengikutinya beriman kepada Allah Yang Maha Kuasa. Dengan sikap yang sopan dan adab yang patut ditunjukkan oleh seorang anak terhadap orang tuanya dan dengan kata-kata yang halus ia dtg kepada ayahnya menyampaikan bahwa ia diutuskan oleh Allah sebagai nabi dan rasul dan bahawa ia telah diilhamkan dengan pengetahuan dan ilmu yang tidak dimiliki oleh ayahnya. Ia bertanya kepada ayahnya dengan lemah lembut gerangan apakah yang mendorongnya untuk menyembah berhala seperti lain-lain kaumnya padahal ia mengetahui bahwa berhala-berhala itu tidak berguna sedikit pun tidak dpt mendtgkan keuntungan bagi penyembahnya atau mencegah kerugian atau musibah. Diterangkan pula kepada ayahnya bahwa penyembahan kepada berhala-berhala itu adalah semata-mata ajaran syaitan yang memang menjadi musuh kepada manusia sejak Adam diturunkan ke bumi lagi. Ia berseru kepada ayahnya agar merenungkan dan memikirkan nasihat dan ajakannya berpaling dari berhala-berhala dan kembali menyembah kepada Allah yang menciptakan manusia dan semua makhluk yang dihidupkan memberi mrk rezeki dan kenikmatan hidup serta menguasakan bumi dengan segala isinya kepada manusia. Aazar menjadi merah mukanya dan melotot matanya mendengar kata-kata seruan puteranya Nabi Ibrahim yyang ditanggapinya sebagai dosa dan hal yang kurang patut bahwa puteranya telah berani mengecam dan menghina kepercayaan ayahnya bahkan mengajakkannya untuk meninggalkan kepercayaan itu dan menganut kepercayaan dan agama yang ia bawa. Ia tidak menyembunyikan murka dan marahnya tetapi dinyatakannya dalam kata-kata yang kasar dan dalam maki hamun seakan-akan tidak ada hunbungan diantara mereka. IA berkata kepada Nabi Ibrahim dengan nada gusar: " Hai Ibrahim! Berpalingkah engkau dari kepercayaan dan persembahanku ? Dan kepercayaan apakah yang engkau berikan kepadaku yang menganjurkan agar aku mengikutinya? Janganlah engkau membangkitkan amarahku dan cuba mendurhakaiku.Jika engkau tidak menghentikan penyelewenganmu dari agama ayahmu tidak engkau hentikan usahamu mengecam dan memburuk-burukkan persembahanku, maka keluarlah engkau dari rumahku ini. Aku tidak sudi bercampur denganmu didalam suatu rumah di bawah suatu atap. Pergilah engkau dari mukaku sebelum aku menimpamu dengan batu dan mencelakakan engkau." Nabi Ibrahim menerima kemarahan ayahnya, pengusirannya dan kata-kata kasarnya dengan sikap tenang, normal selaku anak terhadap ayah seray berkaat: " Oh ayahku! Semoga engkau selamat, aku akan tetap memohonkan ampun bagimu dari Allah dan akan tinggalkan kamu dengan persembahan selain kepada Allah. Mudah-mudahan aku tidak menjadi orang yang celaka dan malang dengan doaku utkmu." Lalu keluarlah Nabi Ibrahim meninggalkan rumah ayahnya dalam keadaan sedih dan prihati karena tidak berhasil mengangkatkan ayahnya dari lembah syirik dan kufur. Nabi Ibrahim Menghancurkan Berhala-berhala Kegagalan Nabi Ibrahim dalam usahanya menyedarkan ayahnya yang tersesat itu sangat menusuk hatinya karena ia sebagai putera yang baik ingin sekali melihat ayahnya berada dalam jalan yang benar terangkat dari lembah kesesatan dan syirik namun ia sedar bahwa hidayah itu adalah di tangan Allah dan bagaimana pun ia ingin dengan sepenuh hatinya agar ayahnya mendpt hidayah ,bila belum dikehendaki oleh Allah maka sia-sialah keinginan dan usahanya. Penolakan ayahnya terhadap dakwahnya dengan cara yang kasar dan kejam itu tidak sedikit pun mempengaruhi ketetapan hatinya dan melemahkan semangatnya untuk berjalan terus memberi penerangan kepada kaumnya untuk menyapu bersih persembahan-persembahan yang bathil dan kepercayaan-kepercayaan yang bertentangan dengan tauhid dan iman kepada Allah dan Rasul-Nya Nabi Ibrahim tidak henti-henti dalam setiap kesempatan mengajak kaumnya berdialog dan bermujadalah tentang kepercayaan yang mrk anut dan ajaran yang ia bawa. Dan ternyata bahwa bila mrk sudah tidak berdaya menilak dan menyanggah alasan-alasan dan dalil-dalil yang dikemukakan oleh Nabi Ibrahim tentang kebenaran ajarannya dan kebathilan kepercayaan mrk maka dalil dan alasan yang usanglah yang mrk kemukakan iaitu bahwa mrk hanya meneruskan apa yang oleh bapa-bapa dan nenek moyang mrk dilakukan dan sesekali mrk tidak akan melepaskan kepercayaan dan agama yang telah mrk warisi. Nabi Ibrahim pd akhirnya merasa tidak bermanfaat lagi berdebat dan bermujadalah dengan kaumnya yang berkepala batu dan yang tidak mahu menerima keterangan dan bukti-bukti nyata yang dikemukakan oleh beliau dan selalu berpegang pada satu-satunya alasan bahwa mrk tidak akan menyimpang dari cara persembahan nenek moyang mrk, walaupun oleh Nabi Ibrahim dinyatakan berkali-kali bahwa mrk dan bapa-bapa mrk keliru dan tersesat mengikuti jejak syaitan dan iblis. Nabi Ibrahim kemudian merancang akan membuktikan kepada kaumnya dengan perbuatan yang nyata yang dapat mrk lihat dengan mata kepala mrk sendiri bahwa berhala-berhala dan patung-patung mrk betul-betul tidak berguna bagi mrk dan bahkan tidak dapat menyelamatkan dirinya sendiri. Adalah sudah menjadi tradisi dan kebiasaan penduduk kerajaan Babylon bahwa setiap tahun mrk keluar kota beramai-ramai pd suatu hari raya yang mrk anggap sebagai keramat. Berhari-hari mrk tinggal di luar kota di suatu padang terbuka, berkhemah dengan membawa bekalan makanan dan minuman yang cukup. Mrk bersuka ria dan bersenang-senang sambil meninggalkan kota-kota mrk kosong dan sunyi. Mrk berseru dan mengajak semua penduduk agar keluar meninggalkan rumah dan turut beramai -ramai menghormati hari-hari suci itu. Nabi Ibrahim yang juga turut diajak turut serta berlagak berpura-pura sakit dan diizinkanlah ia tinggal di rumah apalagi mrk merasa khuatir bahwa penyakit Nabi Ibrahim yang dibuat-buat itu akan menular dan menjalar di kalangan mrk bila ia turut serta. " Inilah dia kesempatan yang ku nantikan," kata hati Nabi Ibrahim tatkala melihat kota sudah kosong dari penduduknya, sunyi senyap tidak terdengar kecuali suara burung-burung yang berkicau, suara daun-daun pohon yang gemerisik ditiup angin kencang. Dengan membawa sebuah kapak ditangannya ia pergi menuju tempat beribadatan kaumnya yang sudah ditinggalkan tanpa penjaga, tanpa juru kunci dan hanya deretan patung-patung yang terlihat diserambi tempat peribadatan itu. Sambil menunjuk kepada semahan bunga-bunga dan makanan yang berada di setiap kaki patung berkata Nabi Ibrahim, mengejek:" Mengapa kamu tidak makan makanan yang lazat yang disaljikan bagi kamu ini? Jawablah aku dan berkata-katalah kamu." Kemudian disepak, ditamparlah patung-patung itu dan dihancurkannya berpotong-potong dengan kapak yang berada di tangannya. Patung yang besar ditinggalkannya utuh, tidak diganggu yang pada lehernya dikalungkanlah kapak Nabi Ibrahim itu. Terperanjat dan terkejutlah para penduduk, tatkala pulang dari berpesta ria di luar kota dan melihat keadaan patung-patung, tuhan-tuhan mrk hancur berantakan dan menjadi potongan-potongan terserak-serak di atas lantai. Bertanyalah satu kepada yang lain dengan nada hairan dan takjub: "Gerangan siapakah yang telah berani melakukan perbuatan yang jahat dan keji ini terhadap tuhan-tuhan persembahan mrk ini?" Berkata salah seorang diantara mrk:" Ada kemungkinan bahwa orang yang selalu mengolok-olok dan mengejek persembahan kami yang bernama Ibrahim itulah yang melakukan perbuatan yang berani ini." Seorang yang lain menambah keterangan dengan berkata:" Bahkan dialah yang pasti berbuat, karena ia adalah satu-satunya orang yang tinggal di kota sewaktu kami semua berada di luar merayakan hari suci dan keramat itu." Selidik punya selidik, akhirnya terdpt kepastian yyang tidak diragukan lagi bahwa Ibrahimlah yang merusakkan dan memusnahkan patung-patung itu. Rakyat kota beramai-ramai membicarakan kejadian yang dianggap suatu kejadian atau penghinaan yang tidak dpt diampuni terhadap kepercayaan dan persembahan mrk. Suara marah, jengkel dan kutukan terdengar dari segala penjuru, yang menuntut agar si pelaku diminta bertanggungjawab dalam suatu pengadilan terbuka, di mana seluruh rakyat penduduk kota dapat turut serta menyaksikannya. Dan memang itulah yang diharapkan oleh Nabi Ibrahim agar pengadilannya dilakukan secara terbuka di mana semua warga masyarakat dapat turut menyaksikannya. Karena dengan cara demikian beliau dapat secara terselubung berdakwah menyerang kepercayaan mrk yang bathil dan sesat itu, seraya menerangkan kebenaran agama dan kepercayaan yang ia bawa, kalau diantara yang hadir ada yang masih boleh diharapkan terbuka hatinya bagi iman dari tauhid yang ia ajarkan dan dakwahkan. Hari pengadilan ditentukan dan datang rakyat dari segala pelosok berduyung-duyung mengujungi padang terbuka yang disediakan bagi sidang pengadilan itu. Ketika Nabi Ibrahim datang menghadap para hakim yang akan mengadili ia disambut oleh para hadirin dengan teriakan kutukan dan cercaan, menandakan sangat gusarnya para penyembah berhala terhadap beliau yang telah berani menghancurkan persembahan mrk. Ditanyalah Nabi Ibrahim oleh para hakim:" Apakah engkau yang melakukan penghancuran dan merusakkan tuhan-tuhan kami?" Dengan tenang dan sikap dingin, Nabi Ibrahim menjawab:" Patung besar yang berkalungkan kapak di lehernya itulah yang melakukannya. Cuba tanya saja kepada patung-patung itu siapakah yang menghancurkannya." Para hakim penanya terdiam sejenak seraya melihat yang satu kepada yang lain dan berbisik-bisik, seakan-akan Ibrahim yang mengandungi ejekan itu. Kemudian berkata si hakim:" Engkaukan tahu bahwa patung-patung itu tidak dapat bercakap dan berkata mengapa engkau minta kami bertanya kepadanya?" Tibalah masanya yang memang dinantikan oleh Nabi Ibrahim,maka sebagai jawapan atas pertanyaan yang terakhir itu beliau berpidato membentangkan kebathilan persembahan mrk,yang mrk pertahankan mati-matian, semata-mata hanya karena adat itu adalah warisan nenek-moyang. Berkata Nabi Ibrahim kepada para hakim itu:" Jika demikian halnya, mengapa kamu sembah patung-patung itu, yang tidak dapat berkata, tidak dapat melihat dan tidak dapat mendengar, tidak dapat membawa manfaat atau menolak mudharat, bahkan tidak dapat menolong dirinya dari kehancuran dan kebinasaan? Alangkah bodohnya kamu dengan kepercayaan dan persembahan kamu itu! Tidakkah dapat kamu berfikir dengan akal yang sihat bahwa persembahan kamu adalah perbuatan yang keliru yang hanya difahami oleh syaitan. Mengapa kamu tidak menyembah Tuhan yang menciptakan kamu, menciptakan alam sekeliling kamu dan menguasakan kamu di atas bumi dengan segala isi dan kekayaan. Alangkah hina dinanya kamu dengan persembahan kamu itu." Setelah selesai Nabi Ibrahim menguraikan pidatonya iut, para hakim mencetuskan keputusan bahawa Nabi Ibrahim harus dibakar hidup-hidup sebagai ganjaran atas perbuatannya menghina dan menghancurkan tuhan-tuhan mrk, maka berserulah para hakim kepada rakyat yang hadir menyaksikan pengadilan itu:" Bakarlah ia dan belalah tuhan-tuhanmu , jika kamu benar-benar setia kepadanya." Nabi Ibrahim Dibakar Hidup-hidup Keputusan mahkamah telah dijatuhakan.Nabi Ibrahim harus dihukum dengan membakar hidup-hidup dalam api yang besar sebesar dosa yang telah dilakukan. Persiapan bagi upacara pembakaran yang akan disaksikan oleh seluruh rakyat sedang diaturkan. Tanah lapang bagi tempat pembakaran disediakan dan diadakan pengumpulan kayu bakar dengan banyaknya dimana tiap penduduk secara gotong-royong harus mengambil bahagian membawa kayu bakar sebanyak yang ia dapat sebagai tanda bakti kepada tuhan-tuhan persembahan mrk yang telah dihancurkan oleh Nabi Ibrahim. Berduyun-duyunlah para penduduk dari segala penjuru kota membawa kayu bakar sebagai sumbangan dan tanda bakti kepada tuhan mrk. Di antara terdapat para wanita yang hamil dan orang yang sakit yang membawa sumbangan kayu bakarnya dengan harapan memperolehi barakah dari tuhan-tuhan mereka dengan menyembuhkan penyakit mereka atau melindungi yang hamil di kala ia bersalin. Setelah terkumpul kayu bakar di lanpangan yang disediakan untuk upacara pembakaran dan tertumpuk serta tersusun laksan sebuah bukit, berduyun-duyunlah orang datang untuk menyaksikan pelaksanaan hukuman atas diri Nabi Ibrahim. Kayu lalu dibakar dan terbentuklah gunung berapi yang dahsyat yang sedang berterbangan di atasnya berjatuhan terbakar oleh panasnya wap yang ditimbulkan oleh api yang menggunung itu. Kemudian dalam keadaan terbelenggu, Nabi Ibrahim didtgkan dan dari atas sebuah gedung yang tinggi dilemparkanlah ia kedalam tumpukan kayu yang menyala-nyala itu dengan iringan firman Allah:" Hai api, menjadilah engkau dingin dan keselamatan bagi Ibrahim." Sejak keputusan hukuman dijatuhkan sampai saat ia dilemparkan ke dalam bukit api yang menyala-nyala itu, Nabi Ibrahim tetap menunjukkan sikap tenang dan tawakkal karena iman dan keyakinannya bahwa Allah tidak akan rela melepaskan hamba pesuruhnya menjadi makanan api dan kurban keganasan orang-orang kafir musuh Allah. Dan memang demikianlah apa yang terjadi tatkala ia berada dalam perut bukit api yang dahsyat itu ia merasa dingin sesuai dengan seruan Allah Pelindungnya dan hanya tali temali dan rantai yang mengikat tangan dan kakinya yang terbakar hangus, sedang tubuh dan pakaian yang terlekat pada tubuhnya tetap utuh, tidak sedikit pun tersentuh oleh api, hal mana merupakan suatu mukjizat yang diberikan oleh Allah kepada hamba pilihannya, Nabi Ibrahim, agar dapat melanjutkan penyampaian risalah yang ditugaskan kepadanya kepada hamba-hamba Allah yang tersesat itu. Para penonton upacara pembakaran hairan tercenggang tatkala melihat Nabi Ibrahim keluar dari bukit api yang sudah padam dan menjadi abu itu dalam keadaan selamat, utuh dengan pakaiannya yang tetap berda seperti biasa, tidak ada tanda-tanda sentuhan api sedikit jua pun. Mereka bersurai meninggalkan lapangan dalam keadaan hairan seraya bertanya-tanya pada diri sendiri dan di antara satu sama lain bagaimana hal yang ajaib itu berlaku, padahal menurut anggapan mereka dosa Nabi Ibrahim sudah nyata mendurhakai tuhan-tuhan yang mereka puja dan sembah.Ada sebahagian drp mrk yang dalam hati kecilnya mulai meragui kebenaran agama mrk namun tidak berani melahirkan rasa ragu-ragunya itu kepada orang lain, sedang para pemuka dan para pemimpin mrk merasa kecewa dan malu, karena hukuman yang mrk jatuhkan ke atas diri Nabi Ibrahim dan kesibukan rakyat mengumpulkan kayu bakar selama berminggu-minggu telah berakhir dengan kegagalan, sehingga mrk merasa malu kepada Nabi Ibrahim dan para pengikutnya. Mukjizat yang diberikan oleh Allah s.w.t. kepada Nabi Ibrahim sebagai bukti nyata akan kebenaran dakwahnya, telah menimbulkan kegoncangan dalam kepercayaan sebahagian penduduk terhadap persembahan dan patung-patung mrk dan membuka mata hati banyak drp mrk untuk memikirkan kembali ajakan Nabi Ibrahim dan dakwahnya, bahkan tidak kurang drp mrk yang ingin menyatakan imannya kepada Nabi Ibrahim, namun khuatir akan mendapat kesukaran dalam penghidupannya akibat kemarahan dan balas dendam para pemuka dan para pembesarnya yang mungkin akan menjadi hilang akal bila merasakan bahwa pengaruhnya telah bealih ke pihak Nabi Ibrahim.

KISAH DAN PERJUANGAN NABI NUH AS

Nuh adalah nabi keempat sesudah Adam, Shiyth, dan Idris. Dia merupakan keturunan kesembilan dari Nabi Adam. Ayahnya adalah Lamik bin Metusyalih bin Idris. Nabi Nuh menrima wahyu kenabian dari Allah dalam masa fatrah, masa kekosongan diantara dua rasul di saat itu biasanya manusia secara berangsur-angsur melupakan ajaran agama yang dibawa oleh nabi yang meninggalkan mereka dan kembali meninggalkan amal kebajikan, melakukan kemungkaran dan kemaksiatan di bawah pimpinan iblis. Namun, sebagian besar manusia tersesat, jauh dari ajaran tauhid karena mengikuti hawa nafsu dan dikecoh oleh Iblis dan anak buahnya. Nabi Nuh AS (dan rasul-rasul lainnya) diutus Allah untuk menggiring manusia kembali ke jalan yang lurus, mengikuti ajaran tauhid dan mengingatkan hari akhirat. Pokok ajaran tauhid itu adalah "Wahai kaumku sembahlah Allah, sekali-kali tak ada Tuhan bagimu selain-Nya." Selanjutnya Nabi Nuh AS (dan juga rasul-rasul yang lain) mengingatkan ummatnya bahwa jika manusia tidak beriman atau berlaku syirik maka implikasinya adalah azab yang dahsyat di akhirat. Pemuka-pemuka dari kaumnya berkata: "Sesungguhnya kami memandang kamu berada dalam kesesatan yang nyata".[al-A'raf (7):60] Sayangnya, pemuka-pemuka dari ummat yang didakwahi para rasul itu, dalam ayat 60 mengacu pada ummat Nabi Nuh AS, selalu menentang ajaran tauhid itu dan bahkan berbalik menuding bahwa yang sesat itu adalah Nabi Nuh AS. Ajaran tauhid pasti membawa perubahan paradigma dan pembebasan manusia dari segala macam perhambaan, kecuali hanya kepada Allah. Para pemuka ummat yang telah menikmati perhambaan dan kedudukan merasa terancam. Mereka tidak mau mengubah praktek hidup sesat mereka yang selama ini menguntungkan mereka. Nuh menjawab: "Hai kaumku, tak ada padaku kesesatan sedikit pun tetapi aku adalah utusan dari Tuhan semesta alam. Aku sampaikan kepadamu amanat-amanah Tuhanku dan aku memberi nasihat kepadamu, dan aku mengetahui dari Allah apa yang tidak kamu ketahui".[al-A'raf (7):61-62] Nabi Nuh AS tentu saja menolak tuduhan sesat tersebut karena dia adalah utusan Allah yang bertugas menyampaikan amanat-amanat Allah untuk meluruskan ummatnya yang telah sesat tersebut. Nabi Nuh AS memiliki hikmah pemberian Allah yang tidak dapat ditandingi ummatnya dan dapat memberikan nasihat untuk memecahkan berbagai masalah yang dihadapi ummatnya. Beliau juga memiliki pengetahuan yang tidak dapat dicapai oleh ummatnya. Yang penting ummatnya mempercayai kerasulannya dan mengikuti jejaknya mengikuti ajaran tauhid. Dan apakah kamu (tidak percaya) dan heran bahwa datang kepada kamu peringatan dari Tuhanmu dengan perantaraan seorang laki-laki dari golonganmu agar dia memberi peringatan kepadamu dan mudah-mudahan kamu bertakwa dan supaya kamu mendapat rahmat?[al-A'raf (7):63] Ummat Nabi Nuh membantah bahwa Nabi Nuh AS adalah rasul Allah karena dia dari kalangan mereka sendiri. Mereka menginginkan malaikat yang datang, tetapi itu hanya tipu muslihat saja untuk menolak dan mendustakan Nabi Nuh AS. Susah payah Nabi Nuh berdakwah kepada ummatnya siang dan malam dalam waktu yang sangat lama, 950 tahun (QS 29:14). Tetapi sangat sedikit pengikut Nabi Nuh AS, sekitar 80 orang saja. Maka mereka mendustakan Nuh, kemudian Kami selamatkan dia dan orang-orang yang bersamanya di dalam bahtera, dan Kami tenggelamkan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Sesungguhnya mereka adalah kaum yang buta (mata hatinya).[al-A'raf (7):64] Setelah Nabi Nuh AS berjuang untuk menegakkan kalimat tauhid dan berdakwah siang dan malam kepada ummatnya dalam waktu yang sangat lama, tetapi sebagian besar ummatnya tetap mendustakan Nabi Nuh AS, maka datanglah azab Allah melenyapkan ummat Nabi Nuh AS (kecuali yang beriman) dengan mendatangkan banjir yang sangat dahsyat. Lenyaplah ummat Nabi Nuh dalam waktu singkat. Nabi Nuh dan pengikutnya diselamatkan Allah melalui bahtera yang dibuat Nabi Nuh AS. Petunjuk membuat bahtera itu langsung dari Allah. Jadi teknologi pembangunan kapal langsung diajarkan Allah kepada Nabi Nuh AS. Semoga kita bisa mengambil hikmah dari kisah itu...Insya Allah..

KISAH DAN PERJUANGAN NABI IDRIS AS

Di dalam kandungan Al-Quran jika tidak salah hanya terdapat dua ayat tentang Nabi Idris yaitu dalam surah Maryam ayat 56 dan 57: "Dan ceritakanlah ( hai Muhammad kepada mereka , kisah ) Idris yang terdapat di dalam Al-Quran. Sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat membenarkan dan seorang nabi. 57 - Dan Kami telah mengangkatnya ke martabat yang tinggi." { Maryam : 56 - 57 } Nabi Idris sendiri merupakan keturunan yang keenam dari Nabi Adam. Putera dari Yarid bin Mihla'iel bin Qinan bin Anusy bin Syith bin Adam A.S. dan beliau merupakan keturunan pertama yang dikurniai kenabian menjadi Nabi setelah Adam dan Syith. Nabi Idris a.s adalah seorang Nabi yang banyak menerima bermacam-macam ilmu pengetahuan, seperti yang ada di pelajari orang zaman sekarang, bahkan Nabi Idris lebih pandai dari itu, dan Allohlah yang mengajarkan kepandaian itu kepada Nabi Idris a.s, juga mula-mula pandai merancak kuda, ilmu bintang, berhitung, memerangi orang yang durhaka kepada petunjuk Alloh.., maka itu kepandaian manusia tentang berhitung, ilmu bintang, ilmu perang dan lain sebagainya bukanlah berasal dari orang barat tetapi dari orang Islam. Demikian juga beliau dinamakan Idris yang berasal dari kata "Darasa" artinya belajar, memang beliau banyak mempelajari kitap-kitap Alloh yang di turunkan kepada Nabi Adam a.s dan Nabi Syits. Beliau jugalah orang yang mula-mula pandai memotong pakaian dan menjahitnya, sedangkan sebelumnya manusia berpakaian dari kulit binatang. Sungguhpun beliau disibukan oleh kepentingan sehari-hari, tetapi tidak pernah lupa dan ingat kepada Alloh SWT. Oleh Alloh beliau dianugrahi kekuatan yang hebat dan tabiat gagah berani, maka itu kepadanya diberi gelar "Asadul Usud" yang artinya Singa diatas segala singa. Karena itulah beliau memerangi orang-orang yang durhaka kepada Alloh SWT. Kederajatan yang tinggi di berikan kepadanya oleh Alloh SWT, karena beliaulah satu-satunya orang yang sabar dan bertaqwa kepada Alloh SWT. Pada zaman Nabi Idris a.s budi pekerti manusia sangat rendah, kesenangan melakukan perbuatan yang tidak senonoh, dholim, baik kepada keluarga maupun terhadap masyarakat. Kehidupan masyarakat ketika itu slalu resah, tidak tenang dan slalu bermusuhan serta berbuat kerusakan. Karena itulah Alloh mengutuskan Idris sebagai Nabi dan Rosul agar mau membimbing dengan sebaik-baiknya, dengao jalan wahyu yang diberikan kepadanya oleh Alloh SWT. Menurut sebagian Ulama ahli tafsir mengatakan : Ketika terbuka bagi Idris untuk berkenalan dengan para Malaikat, beliau Nabi Idris a.s tiba-tiba mempunyai keinginan untuk melihat Alam ghaib yaitu naik ke langit yang ke empat. Dan sebagian Ulama lagi menerangkan naik ke langit ke enam. Dalam riwayat Imam Bukhari yang sumber riwayat itu dari Anas bin Malik mengatakan : ketika Nabi Muhammad s.a.w dan Jibril melalui satu tempat pada malam Isra' Mi'rajnya, beliau telah bertemu dengan nabi Idris a.s yang menyebut dengan ucapan, selamat datang Nabi yang shalih dan saudara yang shalih. Maka Nabi Muhammad s.a.w bertanya : Siapakah dia wahai Jibril? Jibril menjawab : Dialah Idris !.. Semoga kita bisa mengambil hikmah dari kisah beliau..

KISAH DAN PERJUANGAN NABI ADAM AS

Adam diciptakan dari tanah. kemudian, roh ditiupkan kepadanya. Nabi Adam a.s adalah manusia pertama, bersama dengan istrinya, Hawa. Keduanya sebagai orang tua bagi semua manusia. Semua makhluk di surga bersujud kepadanya atas perintah Allah SWT,hanya iblislah yang menolak, krn ia merasa dirinya yang diciptakan dari api lebih tinggi derajatnya daripada Adam. Sebagai akibatnya, Allah SWT mengusir iblis dari surga dan melaknatnya sampai hari pembalasan. Sejak itu iblis bersumpah untuk senantiasa menyesatkan Adam dan keturunannya hingga hari kiamat nanti,sebagai balasan bagi Adam yang dianggapnya telah menyebabkan ia terusir dari surga. Kemudian, Allah meyakinkan para malaikat terhadap Adam dengan menganugerahkan pengetahuan luas. Maka, diajarkan kepada Adam nama-nama benda yang ada di alam semesta yang kemudian diperagakan di hadapan malaikat. Para malaikat tidak sanggup menjawab firman Allah untuk menyebut nama-nama benda yang ada di depan mereka dan mengakui ketidaksanggupan mereka dengan mengatakan bahwa mereka tidak mengetahui sesuatu pun kecuali apa yang diajarkannya. Adam lalu diperintahkan oleh Allah untuk memberitahukan nama-nama benda itu kepada para malaikat dan setelah diberitahu oleh Adam, berfirmanlah Allah kepada mereka hanya Dialah yang mengetahui rahasia langit dan bumi serta mengetahui segala sesuatu yang tampak maupun tidak tampak. Semula Adam AS tinggal seorang diri di surga, namun kemudian Allah SWT menciptakan Hawa sebagai istrinya. Iblis tak henti-hentinya menggoda Adam dan Hawa untuk memakan buah khuldi, satu-satunya buah yang dilarang Allah SWT untuk dimakan di dalam surga. Godaan iblis ini berhasil, karena pada akhirnya Adam dan Hawa memakan buah itu. Meskipun sudah menyatakan tobat dan Allah SWT pun sudah menerima tobat mereka, namun mereka berdua harus keluar dari surga, dan diturunkan ke bumi. Kisah Anak-anak Adam Di bumi pasangan Adam dan Hawa bekerja keras mengembangkan keturunan. Keturunan pertama mereka ialah pasangan kembar Qabil dan Iqlima, kemudian pasangan kedua Habil dan Labuda. Setelah keempat anaknya dewasa, Nabi Adam AS mendapat petunjuk agar menikahkan keempat anaknya secara bersilangan, Qabil dengan Labuda, Habil dengan Iqlima. Namun Qabil menolak karena Iqlima lebih cantik dari Labuda. Adam kemudian menyerahkan persolan ini kepada Allah SWT, dan Allah SWT memerintahkan kedua putra Adam untuk berkurban. Siapa yang kurbannya diterima, ialah yang berhak memilih jodohnya. Untuk kurban itu, Habil mengambil seekor kambing yang paling disayangi di antara hewan peliharaannya, sedang Qabil mengambil sekarung gandum yang paling jelek dari yang dimilikinya. Allah SWT menerima kurban dari Habil, dengan demikian Habil berhak menentukan pilihannya. Pembunuhan pertama di Bumi Qabil tidak puas dengan kejadian ini. Atas hasutan iblis ia lalu membunuh Habil. Inilah pembunuhan pertama yang terjadi sepanjang sejarah hidup manusia. Setelah saudaranya tewas, Qabil merasa bingung mengenai apa yang harus ia lakukan terhadap jenazah saudaranya itu. Allah SWT tidak ingin mayat hamba-Nya yang saleh tersia-sia. Ia memberikan contoh kepada Qabil melalui perilaku burung yang menggali tanah untuk mengubur mayat lawannya yang kalah dalam pertarungan. Qabil pun meniru perilaku burung tsb dan menguburkan jenazah Habil. Kisah penciptaan Adam, pembangkangan iblis, dan pengusiran iblis dari surga dinyatakan dalam surat Al-Baqarah: 30-38, Al-A'râf: 11-18, dan Shâd: 73-83. Kisah putra-putri Nabi Adam AS ini terdapat dalam QS Al-Mâ'idah: 27-32.

KISAH DAN PERJUANGAN NABI MUHAMMAD SAW

Kelahiran Nabi Muhammad saw. Di kala umat manusia dalam kegelapan dan kehilangan pegangan hidupnya, lahirlah ke dunia dari keluarga yang sederhana di kota Mekah. Seorang bayi yang kelak membawa perubahan besar bagi sejarah perabadan dunia. Bayi itu yatim, bapaknya yang bernama Abdullah meninggal ± 7 bulan sebelum dia lahir. Kehadiran bayi itu disambut oleh kakeknya Abdul Muththalib dengan penuh kasih sayang dan kemudian bayi itu dibawanya ke kaki Ka'bah. Di tempat suci inilah bayi itu diberi nama Muhammad, suatu nama yang belum pernah ada sebelum-nya. Menurut penanggalan para ahli, kelahiran Muhammad itu pada tanggal 12 Rabiulawal tahun Gajah atau tanggal 20 April tahun 571 M. Nabi Muhammad saw. adalah keturunan dari Qushai pahlawan suku Quraisy yang telah berhasil menggulingkan kekuasaan Khuza'ah atas kota Mekah. Ayahnya bernama Abdullah bin Abdul Muththalib bin Hasyim bin Abdulmanaf bin Qushai bin Kilab bin Murrah dari golongan Arab Banu Ismail. lbunya bernama Aminah binti Wahab bin Abdulmanaf bin Zuhrah bin Kilab bin Murrah. Nabi Muhammad saw. Beliau diserahkan oleh ibunya kepada seorang perempuan yang baik Halimah Sa'diyah dari Bani Sa'ad kabilah Hawazin, tempatnya tidak jauh dari kota Mekah. Di perkampungan Bani Sa'ad inilah Nabi Muhammad saw. diasuh dan dibesarkan sampai berusia lima tahun. Kematian Ibu dan Kakek Sesudah berusia lima tahun, Muhammad saw. diantarkannya ke Mekah kembali kepada ibunya, Siti Aminah. Setahun kemudian yaitu sesudah ia berusia kira-kira enam tahun, beliau dibawa oleh ibunya ke Madinah, bersama-sama dengan Ummu Aiman, sahaya peninggalan ayahnya. Maksud membawa Nabi ke Madinah, pertama untuk memperkenalkan ia kepada keluarga neneknya Bani Najjar dan kedua untuk menziarahi makam ayahnya. Mereka tinggal di situ kira-kira satu bulan, kemudian pulang kembali ke Mekah. Dalam perjalanan mereka pulang, pada suatu tempat, Abwa' namanya, tiba-tiba Aminah jatuh sakit sehingga meninggal dan dimakamkan di situ juga. Betapa sedih hati Muhammad, dari kecil tak mengenal ayahnya kini harus berpisah pula dengan ibunya. Sesuai dengan wasiat Abdul Muththalib, maka Nabi Muhammad saw. diasuh oleh pamannya Abu Thalib. Kesungguhan dia mengasuh Nabi serta kasih sayang yang dicurahkan kepada keponakannya ini tidaklah kurang dari apa yang diberikannya kepada anaknya sendiri. Selama dalam asuhan kakek dan pamannya, Nabi Muhammad saw. menunjukkan sikap yang terpuji dan selalu membantu meringankan kehidupan mereka. Pengalaman Penting Nabi Muhammad saw. Ketika berumur 12 tahun, Nabi Muhammad saw. mengikuti pamannya, Abu Thalib membawa barang dagangan ke Syam. Sebelum mencapai kita Syam, baru sampai ke Bushra, bertemulah kafilah Abu Thalib dengan seorang pendeta Nasrani yang alim, Buhaira namanya. Pendeta itu melihat ada tanda-tanda kenabian pada diri Muhammad saw. Maka dinasehatilah Abu Thalib agar segera membawa keponakannya itu pulang ke Mekah, sebab dia khawatir kalau-katau Muhammad saw. ditemukan oleh orang Yahudi yang pasti akan menganiayanya (dalam riwayat lain kaum Yahudi akan membunuhnya). Abu Thalib segera menyelesaikan dagangannya dan kembali ke Mekah. Meningkat masa dewasa, Nabi Muhammad saw. mulai berusaha sendiri dalam penghidupannya. Karena dia terkenal orang yang jujur, maka seorang janda kaya bernama Siti Khadijah mempercayai beliau untuk membawa barang dagangan ke Syam. Dalam perjalanan ke Syam ini, beliau ditemani oleh seorang pembantu Siti Khadijah yang bernama Maisarah. Setelah selesai menjualbelikan barang dagangan di Syam, dengan memperoleh laba yang tidak sedikit, mereka pun kembali ke Mekah. Sesudah Nabi Muhammad saw. pulang dari perjalanan ke Syam itu, datanglah lamaran dari pihak Siti Khadijah kepada beliau, lalu beliau menyampaikan hal itu kepada pamannya. Setelah tercapai kata sepakat pernikahan pun dilangsungkan, pada waktu itu umur Nabi ± 25 tahun sedang Siti Khadijah ± 40 tahun. Akhlak Nabi Muhammad saw. Dalam perjalanan hidupnya sejak masih kanak-kanak hingga dewasa dan sampai diangkat menjadi Rasul, beliau terkenal sebagai seorang yang jujur, berbudi luhur dan mempunyai kepribadian yang tinggi. Tak ada sesuatu perbuatan dan tingkah lakunya yang tercela yang dapat dituduhkan kepadanya, berlainan sekali dengan tingkah laku dan perbuatan kebanyakan pemuda-pemuda dan penduduk kota Mekah pada umumnya yang gemar berfoya-foya dan bermabuk-mabukan. Karena demikian jujurnya dalam perkataan dan perbuatan, maka beliau diberi julukan "Al-Amin" artinya orang yang dapat dipercaya. Muhammad saw. Menjadi Rasul Ketika menginjak usia empat puluh tahun, Muhammad saw. lebih banyak mengerjakan tahannuts daripada waktu-waktu sebelumnya. Pada bulan Ramadhan dibawanya perbekalan lebih banyak dari biasanya, karena akan bertahannuts lebih lama daripada waktu-waktu sebelumnya. Pada malam 17 Ramadhan, bertepatan dengan 6 Agustus tahun 610 Masehai, di waktu Nabi Muhammad saw. sedang bertahannuts di gua Hira, datanglah Malaikat Jibril as. membawa tulisan dan menyuruh Muhammad saw. untuk membacanya, katanya: "Bacalah" : Dengan terperanjat Muhammad saw. menjawab: "Aku tidak dapat membaca". Beliau lalu direngkuh beberapa kali oleh Malaikat Jibril as. sehingga nafasnya sesak, lalu dilepaskan olehnya seraya disuruhnya membaca sekali lagi: "Bacalah" : Tetapi Muhammad saw. masih tetap menjawab: "Aku tidak dapat membaca" : Begitulah keadaan berulang sampai tiga kali, dan akhirnya Muhammad saw. berkata: "Apa yang kubaca?". Kata Jibril : Artinya: "Bacalah dengan nama Tuhanmu yang menjadikan. Yang menjadikan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmu teramat Mulia. Yang mengajarkan dengan pena (tulisan baca). Mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. (Surat (96) Al 'Alaq ayat 1-5). Inilah wahyu yang pertama yang diturunkan oleh Allah swt. kepada Nabi Muhammad saw. Dan inilah pula saat penobatan beliau sebagai Rasulullah, atau utusan Allah kepada seluruh umat manusia untuk menyampaikan risalah-Nya. Tugas Nabi Muhammad saw. Menurut riwayat, selama lebih kurang dua setengah tahun lamanya sesudah menerima wahyu yang pertama, barulah Rasulullah menerima wahyu yang kedua. Di kala menunggu-nunggu kedatangan wahyu kedua itu, RAsulullah diliputi perasaan cemas, dan khawatir kalau¬kalau wahyu itu putus malahan hampir saja beliau berputus asa, akan tetapi ditetap-kannya hatinya dan beliau terus bertahannuts sebagaimana biasa di Gua Hira. Tiba-tiba terdengarlah suara dari langit, beliau menengadah, tampaklah Malaikat Jibril as. sehingga beliau menggigil ketakutan dan segera pulang ke rumah, kemudian minta kepada Siti Khadijah supaya menyelimutinya. Dakwah Secara Sembunyi-sembunyi Sesudah Rasulullah saw. menerima wahyu yang kedua ini yang menjelaskan tugas atas dirinya, mulailah beliau secara sembunyi-sembunyi tinggal dalam satu rumah dan sahabat¬sahabat beliau yang terdekat, seorang demi seorang, agar mereka meninggalkan agama berhala dan hanya menyembah Allah Yang Maha Esa. Maka yang mula-mula iman kepadanya ialah istri beliau sendiri Siti Khadijah, disusul oleh putra pamannya yang masih amat muda Ali bin Abi Thalib dan Zaid bin Naritsah, budak beliau yang kemudian menjadi anak angkat beliau. Tiga tahun lamanya Rasulullah saw. melakukan da'watul afrad ini yaitu: ajakan masuk Islam seorang demi seorang secara diam¬diam atau secara sembunyi-sembunyi dari satu rumah ke rumah yang lain. Kemudian sesudah ini, turunlah firman Allah Surat (15) Al Hijr ayat 94 yang artinya: Maka jalankanlah apa yang diperintahkan kepadamu dan berpalinglah dari orang-orang musyrik. Ayat ini memerintahkan kepada Rasul agar menyiarkan Islam dengan terang-terangan dan meninggalkan cara sembunyi-sembunyi itu. Maka mulailah Nabi Muhammad saw. menyeru kaumnya secara umum di tempat-tempat terbuka untuk menyembah Allah dan mengesakan-Nya. Pertama kali seruan (dakwah) yang bersifat umum ini beliau tujukan kepada kerabatnya sendiri, lalu kepada penduduk Mekah pada umumnya yang terdiri dari bermacam¬macam lapisan masyarakat, baik golongan bangsawan, hartawan maupun hamba sahaya, kemudian kepada kabilah-kabilah Arab dari pelbagai daerah yang datang ke Mekah untuk mengerjakan haji. Reaksi Orang-orang Quraisy Ketika orang-orang Quraisy melihat gerakan Islam serta men¬dengar bahwa mereka dengan nenek moyang mereka dibodoh¬bodohkan dan berhala-berhala dihina-hina, bangkitlah kemarahan mereka dan mulailah mereka melancarkan permusuhan terhadap Nabi dan pengikut-pengikutnya. Banyaklah pengikut Nabi yang kena siksa di luar perikemanusiaan, terutama sekali pengikut dari golongan rendah. Terhadap Nabi sendiri, mereka tidak berani melakukan gangguan badan, karena beliau masih dilindungi paman beliau Abu Thalib dan di samping itu beliau adalah keturunan Bani Hasyim yang mempunyai kedudukan dan martabat yang tinggi dalam pandangan masyarakat Quraisy sehingga beliau disegani. Ada beberapa faktor yang mendorong orang Quraisy menentang Islam dan kaum Muslimin, antara lain : Hijrah Ke Habsyah (Ethiopia) Setelah orang-orang Quraisy merasa bahwa usaha-usaha mereka untuk melunakkan Abu Thalib tidak berhasil, maka mereka melancarkan bermacam-macam gangguan-gangguan dan penghinaan kepada Nabi dan memperhebat siksaan-siksaan di luar perikemanusiaan terhadap pengikut-pengikut beliau. Akhirnya Nabi tak tahan melihat penderitaan sahabat-sahabatnya lalu menganjurkan agar mereka hijrah ke Habsyah (Abisinia) yang rakyatnya menganut agama Kristen dan Rasul mengetahui bahwa raja Habsyah yaitu Najasyi dikenal adil. Maka berangkatlah rombongan pertama terdiri dari sepuluh orang laki-laki dan empat orang perempuan. Kemudian disusul oleh rombongan¬rombongan yang lain hingga mencapai hampir seratus orang. Di antaranya Utsman bin Affan beserta istri beliau Rukayyah (putri Nabi), Zuber bin Awwam. Abdurrahman bin Auf, Dja'far bin Abu Thalib dan lain-lain. Peristiwa ini terjadi pada tahun kelima sesudah Nabi Muhammad menjadi Rasul (615 M). Setibanya di negeri Habsyah mereka mendapat penerimaah dan perlindungan yang baik dari rajanya. Pemboikotan Terhadap Bani Hasyim dan Bani Muththalib Sesudah orang Quraisy melihat, bahwa segala jalan yang mereka tempuh untuk memadamkan dakwah (seruan) Nabi Muhammad saw. tidak memberi hasil, karena Bani Hasyim dan Bani Muththalib - dua keluarga besar Nabi Muhammad, baik yang sudah Islam ataupun yang belum - tetap melindungi beliau, maka mereka mencari taktik baru untuk melumpuhkan kekuatan Islam itu. Mereka mengadakan pertemuan dan mengambil keputusan untuk melakukan pemboikotan terhadap Bani Hasyim dan Bani Muththalib ialah dengan jalan memutuskan segala perhubungan: hubungan perkawinan, jual beli, ziarah menziarahi dan lain-lain. Keputusan mereka itu ditulis di atas kertas dan digantungkan di Ka'bah Nabi Mengalami Tahun Kesedihan Belum lagi sembuh kepedihan yang dirasakan Nabi Muhammad akibat pemboikotan umum itu, tibalah pula musibah yang besar menimpa dirinya, yaitu wafatnya paman beliau Abu Thalib dalam usia 87 tahun. Tidak berapa lama kemudian disusul oleh istrinya Siti Khadijah. Kedua macam musibah terjadi pada tahun ke-10 dari masa kenabian. Tahun ini dalam sejarah disebut "Aamul huzni" (Tahun Kesedihan), di saat-saat permusuhan Quraisy terhadap beliau sedang menjadi-jadi. Mereka sudah mulai berani menyakiti badan Nabi. Akan tetapi segala macam musibah dan penganiayaan itu tidaklah mengendorkan semangat perjuangan Rasulullah. Orang Yatsrib Masuk Islam Setibanya mereka di Yatsrib dari Mekah, mulailah mereka menyiarkan kepada kaum kerabat mereka, tentang kebangkitan Nabi akhir zaman, Muhammad saw. yang berada di Mekah. Berkat kegiatan mereka, hampir setiap rumah di Madinah, sudah mendengar dan membicarakan tentang Nabi Muhammad saw. Pada tahun ke-12 sesudah kenabian, datanglah ke Mekah di musim haji 12 orang laki-laki dan seorang wanita penduduk Yatsrib. Mereka menemui Rasulullah secara rahasia di Aqabah. Di lempat inilah mereka mengadakan bai'at (perjanjian) atas dasar Islam dengan Nabi. Hijrah Ke Yatsrib Tatkala Nabi Muhammad saw. melihat tanda-tanda baik pada perkembangan Islam di Yatrib itu, disuruhnyaiah para sahabat¬sahabatnya berpindah ke sana. Berkata Rasul kepada sahabat¬sahabatnya itu: "Sesungguhnya Allah Azza Wajalla telah menjadi¬kan orang-orang Yatsrib sebagai saudara-saudara bagimu dan negeri itu sebagai tempat yang aman bagimu". Tugas Nabi Muhammad saw. Selesai Ketika para utusan kabilah-kabilah Arab datang menghadap Nabi untuk menjadi pemeluk agama Islam kemudian disusul dengan turunnya surat (110) An Nashr yang menggambarkan kedatangan utusan-utusan itu serta menyuruh Nabi memohonkan ampun untuk mereka, maka terasalah oleh beliau bahwa tugasnya hampir selesai. Karena merasa bahwa pekerjaannya telah hampir pada akhirnya, beliau berniat untuk melakukan Haji Wada' (Haji penghabisan) ke Mekah.

[Sejarah] Penaklukan Konstantinopel Oleh Muhammad Al-Fatih (1453 M)

Kalau ada sosok yang ditunggu-tunggu kedatangannya sepanjang sejarah Islam, dimana setiap orang ingin menjadi sosok itu, maka dia adalah sang penakluk Konstantinopel. Bahkan para shahabat Nabi sendiri pun berebutan ingin menjadi orang yang diceritakan Nabi SAW dalam sabdanya. Betapa tidak, beliau Nabi SAW memang betul-betul memuji sosok itu. Beliau bersabda “Kota Konstantinopel akan jatuh ke tangan Islam. Pemimpin yang menaklukkannya adalah sebaik-baik pemimpin dan pasukan yang berada di bawah komandonya adalah sebaik-baik pasukan.” [H.R. Ahmad bin Hanbal Al-Musnad 4/335]. Dari Abu Qubail berkata: Ketika kita sedang bersama Abdullah bin Amr bin al-Ash, dia ditanya: Kota manakah yang akan dibuka terlebih dahulu; Konstantinopel atau Rumiyah? Abdullah meminta kotak dengan lingkaran-lingkaran miliknya. Kemudian dia mengeluarkan kitab. Abdullah berkata: Ketika kita sedang menulis di sekitar Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, beliau ditanya: Dua kota ini manakah yang dibuka lebih dulu: Konstantinopel atau Rumiyah/Roma? Rasul menjawab, “Kota Heraklius dibuka lebih dahulu.” Yaitu: Konstantinopel. (HR. Ahmad, ad-Darimi, Ibnu Abi Syaibah dan al-Hakim) Hadits ini dishahihkan oleh al-Hakim. Adz-Dzahabi sepakat dengan al-Hakim. Sementara Abdul Ghani al-Maqdisi berkata: Hadits ini hasan sanadnya. Al-Albani sependapat dengan al-Hakim dan adz-Dzahabi bahwa hadits ini shahih. (Lihat al-Silsilah al-Shahihah 1/3, MS) Ada dua kota yang disebut dalam nubuwwat nabi di hadits tersebut; 1. Konstantinopel Kota yang hari ini dikenal dengan nama Istambul, Turki. Dulunya berada di bawah kekuasaan Byzantium yang beragama Kristen Ortodoks. Tahun 857 H / 1453 M, kota dengan benteng legendaris tak tertembus akhirnya runtuh di tangan Sultan Muhammad al-Fatih, sultan ke-7 Turki Utsmani. 2. Rumiyah Dalam kitab Mu’jam al-Buldan dijelaskan bahwa Rumiyah yang dimaksud adalah ibukota Italia hari ini, yaitu Roma. Para ulama termasuk Syekh al-Albani pun menukil pendapat ini dalam kitabnya al-Silsilah al-Ahadits al-Shahihah. Kontantinopel telah dibuka 8 abad setelah Rasulullah menjanjikan nubuwwat tersebut. Tetapi Roma, hingga hari ini belum kunjung terlihat bisa dibuka oleh muslimin. Ini menguatkan pernyataan Nabi dalam hadits di atas. Bahwa muslimin akan membuka Konstantinopel lebih dulu, baru Roma. Itu artinya, sudah 15 abad sejak Rasul menyampaikan nubuwwatnya tentang penaklukan Roma, hingga kini belum juga Roma jatuh ke tangan muslimin. Kekaisaran Romawi terpecah dua, Katholik Roma di Vatikan dan Yunani Orthodoks di Byzantium atau Constantinople yang kini menjadi Istanbul. Perpecahan tersebut sebagai akibat konflik gereja meskipun dunia masih tetap mengakui keduanya sebagai pusat peradaban. Constantine The Great memilih kota di selat Bosphorus tersebut sebagai ibukota, dengan alasan strategis di batas Eropa dan Asia, baik di darat sebagai salah satu Jalur Sutera maupun di laut antara Laut Tengah dengan Laut Hitam dan dianggap sebagai titik terbaik sebagai pusat kebudayaan dunia, setidaknya pada kondisi geopolitik saat itu. Constantinople yang kini menjadi Istanbul. Perpecahan tersebut sebagai akibat konflik gereja meskipun dunia masih tetap mengakui keduanya sebagai pusat peradaban. Constantine The Great memilih kota di selat Bosphorus tersebut sebagai ibukota, dengan alasan strategis di batas Eropa dan Asia, baik di darat sebagai salah satu Jalur Sutera maupun di laut antara Laut Tengah dengan Laut Hitam dan dianggap sebagai titik terbaik sebagai pusat kebudayaan dunia, setidaknya pada kondisi geopolitik saat itu. Yang mengincar kota ini untuk dikuasai termasuk bangsa Gothik, Avars, Persia, Bulgar, Rusia, Khazar, Arab Muslim dan Pasukan Salib meskipun misi awalnya adalah menguasai Jerusalem. Arab-Muslim terdorong ingin menguasai Byzantium tidak hanya karena nilai strategisnya, tapi juga atas kepercayaan kepada ramalan Rasulullah SAW melalui riwayat Hadits di atas. Sayangnya, prestasi yang satu itu, yaitu menaklukkan kota kebanggaan bangsa Romawi, Konstantinopel, tidak pernah ada yang mampu melakukannya. Tidak dari kalangan sahabat, tidak juga dari kalangan tabi`in, tidak juga dari kalangan khilafah Bani Umayyah dan Bani Abbasiyah. Di masa sahabat, memang pasukan muslim sudah sangat dekat dengan kota itu, bahkan salah satu anggota pasukannya dikuburkan di seberang pantainya, yaitu Abu Ayyub Al-Anshari radhiyallahuanhu. Tetapi tetap saja kota itu belum pernah jatuh ke tangan umat Islam sampai 800 tahun lamanya. Konstantinopel memang sebuah kota yang sangat kuat, dan hanya sosok yang kuat pula yang dapat menaklukkannya. Sepanjang sejarah kota itu menjadi kota pusat peradaban barat, dimana Kaisar Heraklius bertahta. Kaisar Heraklius adalah penguasa Romawi yang hidup di zaman Nabi SAW, bahkan pernah menerima langsung surat ajakan masuk Islam dari beliau SAW. Ajakan Nabi SAW kepada sang kaisar memang tidak lantas disambut dengan masuk Islam. Kaisar dengan santun memang menolak masuk Islam, namun juga tidak bermusuhan, atau setidaknya tidak mengajak kepada peperangan. Biografi Singkat Sultan Mehmed II atau juga dikenal sebagai Muhammad Al-Fatih (bahasa Turki Ottoman: م�*مد ثانى Mehmed-i sānī, bahasa Turki: II. Mehmet, juga dikenal sebagai el-Fatih (الفات�*), "sang Penakluk", dalam bahasa Turki Usmani, atau, Fatih Sultan Mehmet dalam bahasa Turki; Sultan Muhammad II dilahirkan pada 29 Maret 1432 Masehi di Adrianapolis (perbatasan Turki – Bulgaria). menaiki takhta ketika berusia 19 tahun dan memerintah selama 30 tahun (1451 – 1481). Lambang Kekhalifahan Beliau merupakan seorang sultan Turki Utsmani yang menaklukkan Kekaisaran Romawi Timur. Mempunyai kepakaran dalam bidang ketentaraan, sains, matematika & menguasai 7 bahasa yaitu Bahasa Arab, Latin, Yunani, Serbia, Turki, Persia dan Israil. Beliau tidak pernah meninggalkan Shalat fardhu, Shalat Sunat Rawatib dan Shalat Tahajjud sejak baligh. Beliau wafat pada 3 Mei 1481 kerana sakit gout sewaktu dalam perjalanan jihad menuju pusat Imperium Romawi Barat di Roma, Italia. Dari sudut pandang Islam, ia dikenal sebagai seorang pemimpin yang hebat, pilih tanding, dan tawadhu'' setelah Sultan Salahuddin Al-Ayyubi (pahlawan Islam dalam perang Salib) dan Sultan Saifuddin Mahmud Al-Qutuz (pahlawan Islam dalam peperangan di ''Ain Al-Jalut" melawan tentara Mongol). Usaha Sultan dalam Menaklukan Konstantinopel Istanbul atau yang dulu dikenal sebagai Konstantinopel, adalah salah satu bandar termasyhur dunia. Bandar ini tercatat dalam tinta emas sejarah Islam khususnya pada masa Kesultanan Utsmaniyah, ketika meluaskan wilayah sekaligus melebarkan pengaruh Islam di banyak negara. Bandar ini didirikan tahun 330 M oleh Maharaja Bizantium yakni Constantine I. Kedudukannya yang strategis, membuatnya punya tempat istimewa ketika umat Islam memulai pertumbuhan di masa Kekaisaran Bizantium. Rasulullah Shallallahu ''Alaihi Wasallam juga telah beberapa kali memberikan kabar gembira tentang penguasaan kota ini ke tangan umat Islam seperti dinyatakan oleh Rasulullah Shallallahu ''Alaihi Wasallam pada perang Khandaq. Para khalifah dan pemimpin Islam pun selalu berusaha menaklukkan Konstantinopel. Usaha pertama dilancarkan tahun 44 H di zaman Mu''awiyah bin Abi Sufyan Radhiallahu ''Anhu. Akan tetapi, usaha itu gagal. Upaya yang sama juga dilakukan pada zaman Khilafah Umayyah. Di zaman pemerintahan Abbasiyyah, beberapa usaha diteruskan tetapi masih menemui kegagalan termasuk di zaman Khalifah Harun al-Rasyid tahun 190 H. Setelah kejatuhan Baghdad tahun 656 H, usaha menawan Kostantinopel diteruskan oleh kerajaan-kerajaan kecil di Asia Timur (Anatolia) terutama Kerajaan Seljuk. Pemimpinnya, Alp Arselan (455-465 H/1063-1072 M) berhasil mengalahkan Kaisar Roma, Dimonos (Romanus IV/Armanus), tahun 463 H/1070 M. Akibatnya sebagian besar wilayah Kekaisaran Roma takluk di bawah pengaruh Islam Seljuk. Awal kurun ke-8 hijriyah, Daulah Utsmaniyah mengadakan kesepakatan bersama Seljuk. Kerjasama ini memberi nafas baru kepada usaha umat Islam untuk menguasai Konstantinopel. Usaha pertama dibuat di zaman Sultan Yildirim Bayazid saat dia mengepung bandar itu tahun 796 H/1393 M. Peluang yang ada telah digunakan oleh Sultan Bayazid untuk memaksa Kaisar Bizantium menyerahkan Konstantinople secara aman kepada umat Islam. Akan tetapi, usahanya menemui kegagalan karena datangnya bantuan dari Eropa dan serbuan bangsa Mongol di bawah pimpinan Timur Lenk. Selepas Daulah Utsmaniyyah mencapai perkembangan yang lebih maju dan terarah, semangat jihad hidup kembali dengan nafas baru. Hasrat dan kesungguhan itu telah mendorong Sultan Murad II (824-863 H/1421-1451 M) untuk meneruskan usaha menaklukkan Kostantinopel. Beberapa usaha berhasil dibuat untuk mengepung kota itu tetapi dalam masa yang sama terjadi pengkhianatan di pihak umat Islam. Kaisar Bizantium menabur benih fitnah dan mengucar-kacirkan barisan tentara Islam. Usaha Sultan Murad II tidak berhasil sampai pada zaman anak beliau, Sultan Muhammad Al-Fatih (Mehmed II), sultan ke-7 Daulah Utsmaniyyah. Semenjak kecil, Sultan Muhammad Al-Fatih telah mencermati usaha ayahnya menaklukkan Konstantinopel. Bahkan beliau mengkaji usaha-usaha yang pernah dibuat sepanjang sejarah Islam ke arah itu, sehingga menimbulkan keinginan yang kuat baginya meneruskan cita-cita umat Islam. Ketika beliau naik tahta pada tahun 855 H/1451 M, dia telah mulai berpikir dan menyusun strategi untuk menawan kota bandar tadi. Kekuatan Sultan Muhammad Al-Fatih terletak pada ketinggian pribadinya. Sejak kecil, dia dididik secara intensif oleh para ''ulama terulung di zamannya. Di zaman ayahnya, yaitu Sultan Murad II, Asy-Syeikh Muhammad bin Isma''il Al-Kurani telah menjadi murabbi Amir Muhammad (Al-Fatih). Sultan Murad II telah menghantar beberapa orang ''ulama untuk mengajar anaknya sebelum itu, tetapi tidak diterima oleh Amir Muhammad. Lalu, dia menghantar Asy-Syeikh Al-Kurani dan memberikan kuasa kepadanya untuk memukul Amir Muhammad jika membantah perintah gurunya. Waktu bertemu Amir Muhammad dan menjelaskan tentang hak yang diberikan oleh Sultan, Amir Muhammad tertawa. Dia lalu dipukul oleh Asy-Syeikh Al-Kurani. Peristiwa ini amat berkesan pada diri Amir Muhammad lantas setelah itu dia terus menghafal Al-Qur''an dalam waktu yang singkat. Di samping itu, Asy-Syeikh Aaq Samsettin (Syamsuddin) merupakan murabbi Sultan Muhammad Al-Fatih yang hakiki. Dia mengajar Amir Muhammad ilmu-ilmu agama seperti Al-Qur''an, hadits, fiqih, bahasa (Arab, Parsi dan Turki), matematika, falak, sejarah, ilmu peperangan dan sebagainya. Syeikh Aaq Syamsudin lantas meyakinkan Amir Muhammad bahwa dia adalah orang yang dimaksudkan oleh Rasulullah Shallallahu ''Alaihi Wasallam di dalam hadits pembukaan Kostantinopel. Hari Jumat, 6 April 1453 M, Muhammad II bersama gurunya Syeikh Aaq Syamsudin, beserta tangan kanannya Halil Pasha dan Zaghanos Pasha merencanakan penyerangan ke Konstantinopel dari berbagai penjuru benteng kota tersebut. Dengan berbekal 250.000 ribu pasukan dan meriam -teknologi baru pada saat itu- Para mujahid lantas diberikan latihan intensif dan selalu diingatkan akan pesan Rasulullah Shallallahu ''Alaihi Wasallam terkait pentingnya Konstantinopel bagi kejayaan Islam. Muhammad II mengirim surat kepada Paleologus untuk masuk islam atau menyerahkan penguasaan kota secara damai dan membayar upeti atau pilihan terakhir yaitu perang. Constantine menjawab bahwa dia tetap akan mempertahankan kota dengan dibantu Kardinal Isidor, Pangeran Orkhan dan Giovani Giustiniani dari Genoa. Constantine XI Setelah proses persiapan yang teliti, akhirnya pasukan Sultan Muhammad Al-Fatih tiba di kota Konstantinopel pada hari Kamis 26 Rabiul Awal 857 H atau 6 April 1453 M. Di hadapan tentaranya, Sultan Al-Fatih lebih dahulu berkhutbah mengingatkan tentang kelebihan jihad, kepentingan memuliakan niat dan harapan kemenangan di hadapan Allah Subhana Wa Ta''ala. Dia juga membacakan ayat-ayat Al-Qur''an mengenainya serta hadis Nabi Shallallahu ''Alaihi Wasallam tentang pembukaan kota Konstantinopel. Ini semua memberikan semangat yang tinggi pada bala tentera dan lantas mereka menyambutnya dengan zikir, pujian dan doa kepada Allah Subhana Wa Ta'ala. Kota dengan benteng >10m tersebut memang sulit ditembus, selain di sisi luar benteng pun dilindungi oleh parit 7m. Dari sebelah barat pasukan artileri harus membobol benteng dua lapis, dari arah selatan Laut Marmara pasukan laut Turki harus berhadapan dengan pelaut Genoa pimpinan Giustiniani dan dari arah timur armada laut harus masuk ke selat sempit Golden Horn yang sudah dilindungi dengan rantai besar hingga kapal perang ukuran kecil pun tak bisa lewat. Berhari-hari hingga berminggu-mingGu benteng Byzantium tak bisa jebol, kalaupun runtuh membuat celah maka pasukan Constantine langsung mempertahankan celah tsb dan cepat menutupnya kembali. Usaha lain pun dicoba dengan menggali terowongan di bawah benteng, cukup menimbulkan kepanikan kota, namun juga gagal. Hingga akhirnya sebuah ide yang terdengar bodoh dilakukan hanya dalam waktu semalam. Salah satu pertahanan yang agak lemah adalah melalui Teluk Golden Horn yang sudah dirantai. Ide tersebut akhirnya dilakukan, yaitu dengan memindahkan kapal-kapal melalui darat untuk menghindari rantai penghalang, hanya dalam semalam dan 70-an kapal bisa memasuki wilayah Teluk Golden Horn (ini adalah ide ”tergila” pada masa itu namun Taktik ini diakui sebagai antara taktik peperangan (warfare strategy) yang terbaik di dunia oleh para sejarawan Barat sendiri). 70 kapal di tarik melewati bukit di daerah Galata untuk masuk ke Teluk Golden Horn yang di hadang rantai. Rantai yang menghalangi kapal masuk ke Teluk Golden Horn. (koleksi Museum Hagia Sophia) Rantai yang melindungi pintu masuk ke Teluk Golden Horn Sultan Muhammad Al-Fatih pun melancarkan serangan besar-besaran ke benteng Bizantium di sana. Takbir "Allahu Akbar, Allahu Akbar!" terus membahana di angkasa Konstantinopel seakan-akan meruntuhkan langit kota itu. Pada 27 Mei 1453, Sultan Muhammad Al-Fatih bersama tentaranya berusaha keras membersihkan diri di hadapan Allah Subhana Wa Ta''ala. Mereka memperbanyak shalat, doa, dan dzikir. Hingga tepat jam 1 pagi hari Selasa 20 Jumadil Awal 857 H atau bertepatan dengan tanggal 29 Mei 1453 M, setelah sehari istirahat perang, pasukan Turki Utsmani dibawah komando Sultan Muhammad II kembali menyerang total, diiringi hujan dengan tiga lapis pasukan, irregular di lapis pertama, Anatolian army di lapis kedua dan terakhir pasukan elit Yanisari. Giustiniani sudah menyarankan Constantine untuk mundur atau menyerah tapi Constantine tetap konsisten hingga gugur di peperangan. Kabarnya Constantine melepas baju perang kerajaannya dan bertempur bersama pasukan biasa hingga tak pernah ditemukan jasadnya. Giustiniani sendiri meninggalkan kota dengan pasukan Genoa-nya. Kardinal Isidor sendiri lolos dengan menyamar sebagai budak melalui Galata, dan Pangeran Orkhan gugur di peperangan. Ottoman Siege : Pasukan Turki Utsmani yang sangat canggih di zamannya dengan teknologi Meriam Terbesar di zamannya The Great Turkish Bombard Para mujahidin diperintahkan supaya meninggikan suara takbir kalimah tauhid sambil menyerang kota. Tentara Utsmaniyyah akhirnya berhasil menembus kota Konstantinopel melalui Pintu Edirne dan mereka mengibarkan bendera Daulah Utsmaniyyah di puncak kota. Kesungguhan dan semangat juang yang tinggi di kalangan tentara Al-Fatih, akhirnya berjaya mengantarkan cita-cita mereka. Konstantinopel telah jatuh, penduduk kota berbondong-bondong berkumpul di Hagia Sophia/ Aya Sofia, dan Sultan Muhammad II memberi perlindungan kepada semua penduduk, siapapun, baik Yahudi maupun Kristen karena mereka (penduduk) termasuk non muslim dzimmy (kafir yang harus dilindungi karena membayar jizyah/pajak), muahad (yang terikat perjanjian), dan musta’man (yang dilindungi seperti pedagang antar negara) bukan non muslim harbi (kafir yang harus diperangi). Konstantinopel diubah namanya menjadi Islambul (Islam Keseluruhannya). Hagia Sophia pun akhirnya dijadikan masjid dan gereja-gereja lain tetap sebagaimana fungsinya bagi penganutnya. Hagia Sophia Toleransi tetap ditegakkan, siapa pun boleh tinggal dan mencari nafkah di kota tersebut. Sultan kemudian membangun kembali kota, membangun sekolah gratis, siapapun boleh belajar, tak ada perbedaan terhadap agama, membangun pasar, membangun perumahan, membangun rumah sakit, bahkan rumah diberikan gratis bagi pendatang di kota itu dan mencari nafkah di sana. Hingga akhirnya kota tersebut diubah menjadi Istanbul, dan pencarian makam Abu Ayyub dilakukan hingga ditemukan dan dilestarikan. Dan kini Hagia Sophia sudah berubah menjadi museum.